Hari ini 75 tahun silam atau tepatnya 6 Agustus 1945, ledakan dasyat bom atom menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Puluhan ribu dinyatakan tewas.
Berikut catatan sejarah bom atom Hiroshima dan Nagasaki seperti yang dirangkum dara.co.id dari wikipedia.org:
Bom atom itu dijatuhkan Amerika Serikat, Agustus 1945 di tahap akhir Perang Dunia Kedua dengan persetujuan dari Britania Raya sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Quebec.
Bom atom pertama dijatuhkan tanggal 6 Agustus 1945. Bom atom uranium jenis bedil (Little Boy) itu dijatuhkan di Hiroshima.
Tiga hari kemudian, 9 Agustus 1945, Amerika kembali menjatuhkan bom plutonium jenis implosi (Fat Man) di Nagasaki.
Sejarah mencatat akibat ledakan dasyat dua bom atom itu menewaskan 90.000–146.000 orang di Hiroshima dan 39.000–80.000 di Nagasaki.
Kurang lebih separuh korban di setiap kota tewas pada hari pertama. Bulan-bulan seterusnya, banyak orang yang tewas karena efek luka bakar, penyakit radiasi, dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi.
Di dua kota tersebut, sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil meski terdapat garnisun militer besar di Hiroshima.
Perang Pasifik
Masih dikutip dari wikipedia, pada tahun 1945, Perang Pasifik antara Kekaisaran Jepang dan Sekutu memasuki tahun keempat.
Sebagian besar unit militer Jepang bertempur dengan sengit, memastikan bahwa kemenangan Sekutu akan menelan biaya yang sangat besar.
Total 1,25 juta korban pertempuran yang ditimbulkan oleh Amerika Serikat dalam Perang Dunia II termasuk personel militer yang tewas dalam aksi dan terluka dalam aksi.
Hampir satu juta korban jiwa terjadi selama tahun terakhir perang, dari Juni 1944 hingga Juni 1945.
Pada Desember 1944, korban pertempuran Amerika mencapai angka tertinggi bulanan sepanjang masa sebesar 88.000 sebagai akibat dari Serangan Ardennes Jerman.
Cadangan tenaga kerja Amerika hampir habis. Penundaan untuk kelompok seperti pekerja pertanian diperketat, dan ada pertimbangan untuk merekrut perempuan.
Pada saat yang sama, publik menjadi lelah dengan perang, dan menuntut agar prajurit yang telah lama menjabat dipulangkan.
Di Pasifik, Sekutu kembali ke Filipina , merebut kembali Burma dan menyerbu Kalimantan. Serangan dilakukan untuk mengurangi pasukan Jepang yang tersisa di Bougainville, New Guinea, dan Filipina.
Pada bulan April 1945, pasukan Amerika mendarat di Okinawa , tempat pertempuran sengit berlanjut hingga Juni. Sepanjang jalan, rasio korban Jepang dan Amerika turun dari lima menjadi satu di Filipina menjadi dua banding satu di Okinawa.
Meskipun beberapa tentara Jepang ditahan, sebagian besar berjuang sampai mereka terbunuh atau bunuh diri. Hampir 99 persen dari 21.000 pembela Iwo Jima tewas.
Dari 117.000 tentara Okinawa dan Jepang yang membela Okinawa pada bulan April hingga Juni 1945, 94 persen terbunuh; 7.401 tentara Jepang menyerah, jumlah yang sangat besar.
Saat Sekutu bergerak maju menuju Jepang, kondisi rakyat Jepang semakin memburuk. Armada pedagang Jepang menurun dari 5.250.000 ton bruto pada tahun 1941 menjadi 1.560.000 ton pada Maret 1945, dan 557.000 ton pada Agustus 1945.
Kurangnya bahan baku memaksa ekonomi perang Jepang menurun tajam setelah pertengahan 1944. Ekonomi sipil, yang secara perlahan telah memburuk sepanjang perang, mencapai tingkat bencana pada pertengahan 1945.
Hilangnya pengiriman juga mempengaruhi armada perikanan, dan tangkapan 1945 hanya 22 persen dari itu pada tahun 1941. Panen beras tahun 1945 adalah yang terburuk sejak 1909, dan kelaparan dan malnutrisi menyebar luas.
Produksi industri AS jauh lebih unggul daripada produksi Jepang. Pada 1943, AS memproduksi hampir 100.000 pesawat setahun, dibandingkan dengan produksi Jepang sebanyak 70.000 untuk seluruh perang.
Pada pertengahan tahun 1944, AS memiliki hampir seratus kapal induk di Pasifik, jauh lebih banyak daripada Jepang yang berjumlah dua puluh lima untuk seluruh perang.
Pada bulan Februari 1945, Pangeran Fumimaro Konoe menasihati Kaisar Hirohito bahwa kekalahan tidak terhindarkan, dan mendesaknya untuk turun tahta.***
Editor: denkur | Sumber: wikipedia