Hari ini 348 tahun silam, atau tepatnya 17 Februari 1674, negara kita dihantam tsunami setinggi 80 meter. Dilaporkan 2.322 orang tewas.
DARA – Peristiwa mengerikan itu terjadi di Pulau Ambon dan Pulau Seram, dan itulah salah satu tsunami paling dasyat di dunia.
Tsunami raksasa itu terjadi diawali dengan adanya gempa antara pukul 19.30–20.00 waktu setempat. Bertepatan dengan suasana perayaan Tahun Baru Cina yang berlangsung cukup meriah di sekitar pasar.
Dikutip dari laman resmi BNPB, guncangan yang sangat keras melanda seluruh Pulau Ambon dan pulau-pulau di sekitarnya, mengakibatkan 86 orang meninggal dunia tertimpa runtuhan bangunan dan rumah-rumah yang terbuat dari batu mengalami banyak retakan sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Segera sesudah terjadi gempa bumi gelombang pasang terjadi di seluruh pesisir Pulau Ambon. Pesisir Utara di Semenanjung Hitu menderita kerusakan yang paling parah, terutama di daerah Ceyt di antara Negeri Lima dan Hile. Di daerah ini air naik setinggi 40–50 toises atau sekitar 70–90 meter.
Rumphius menjadi salah satu saksi bencana besar yang melanda Ambon masa itu. Korban gempa dan tsunami tercatat diperkirakan mencapai lebih dari 2.500 jiwa, termasuk istri dan anak Rumphius.
Catatan sang ilmuwan ini merupakan sebagian dari catatan sejarah gempa dan tsunami terkait bencana rapid onset yang pernah terjadi dan paling mematikan di Maluku serta sekitarnya.
Sejarah Gempabumi Tsunami di Maluku
Sejarah juga mencatat kejadian gempabumi dan tsunami di Ambon pada 8 Oktober 1950. Dokumentasi kejadian bencana tersebut sangat terbatas, karena situasi geopolitik terkait konflik TNI dengan RMS. Hanya catatan kecil yang ada di beberapa surat kabar nasional dan internasional.
Selain berita gempa dan tsunami juga tercatat di arsip United States Geological Survey (USGS). Gempabumi Ambon 1950 terjadi pada hari minggu, tanggal 8 Oktober 1950 pada jam 03.23.13 (UTC) atau pada 12.23.13 waktu setempat.
Lokasi gempa di kordinat 4,199 LS dan 128.233 BT pada kedalaman 20 Km dengan magnitude 7,3. Dampak gempa dan tsunami Ambon tahun 1950 dimuat di beberapa surat kabar nasional; di antaranya Kedaulatan Rakyat menulis gempa bumi menghantam 2 kota di Ambon serta merusak ratusan rumah warga (11/10/50).
Kemudian Suara Rakjat Republik Indonesia menulis berita tentang kejadian gempa bumi disertai gelombang besar sejauh 200 meter pada minggu siang sekitar jam 12 dan Gempa dan tsunami merusak beberapa tempat di pesisir pantai.
Sedangkan Suara Merdeka mencatat bahwa tinggi gelombang tsunami akibat gempa pada saat itu mencapai 40 meter. Selain surat kabar nasional, surat kabar internasional yaitu The Canbera Times menulis gempa disertai ombak besar dan menyebabkan kerusakan di pesisir Ambon (11/10/50).
Beberapa saksi hidup yang menceritakan keadaan pasca gempa dan tsunami yang terjadi pada 8 Oktober 1950. Usia mereka berkisar 68 hingga 85 tahun saat wawancara diadakan pada medio Agustus 2015. Sebagian besar menceritakan ketika 3 kali gempa dengan guncangan disertai 3 kali suara gemuruh dan kemudian 3 gelombang tsunami yang merusak perumahan warga di 3 desa di Ambon. Desa yang terdampak yaitu Hutumuri, Hative Kecil dan Galala.
Menurut kesaksian warga, saat gelombang pertama datang tidak dengan skala kecil, kemudian diikuti gelombang kedua dengan intensitas sedikit lebih besar; dan gelombang ketiga terbesar dari dua gelombang sebelumnya.
Karena keadaan geopolitik Ambon terkait efek konflik TNI dan RMS, warga lebih menetap di pegunungan dibanding di pesisir/daratan; warga beraktivitas sebagai petani dan pedagang di daratan/pesisir yang dilakukan pada siang hari.
Pada waktu kejadian (hari minggu) warga yang sedang beraktivitas di gereja langsung keluar menyaksikan air naik turun dan kemudian lari ke gunung. Sebagian berlindung di atas pohon-pohon.
Editor: denkur | Sumber: BNPB