Hari ini Tiga Tahun Lalu, Gempa dan Tsunami Menghantam Sulawesi, Ribuan Orang Tewas

Selasa, 28 September 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pasca gempa dan tsunami di Palu (Foto: Kompas.com/Kristianto Purnomo)

Pasca gempa dan tsunami di Palu (Foto: Kompas.com/Kristianto Purnomo)

Hari ini tiga tahun lalu atau tepatnya 28 September 2018, gempa berkekuatan 7,4 Mw mengguncang Donggala. Disusul tsunami di pantai barat Sulawesi. Begini kisahnya.


DARA – Sekira pukul 18.02 Wita, 28 September 2018, goncangan keras dirasakan warga Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten Tolitoli, Kabupaten Mamuju bahkan hingga Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Makassar.

Pusat gempa berada di 26 km utara Donggala dan 80 km barat laut Kota Palu dengan kedalaman 10 km.

Kepanikan terjadi dimana, warga berhamburan ke luar rumah dan bangunan. Bahkan, baru juga sedikit tenang, masyarakat di sana dikagetkan dengan derasnya air laut yang naik ke daratan. ‘Ya tsunami setinggi lima meter terjadi di sejumlah wilayah, terutama di Kota Palu.

Bisa dibayangkan seperti apa kepanikan dan hirup pikuk masyarakat di sana saat itu. Gempa 7,4 Mw itu ternyata memicu tsunami setinggi lima meter tersebut.

Dikutip dara.co.id dari wikipedia, Selasa (28/9/2021), akibat guncangan gempa bumi, beberapa saat setelah puncak gempa terjadi muncul gejala likuefaksi (pencairan tanah) yang memakan banyak korban jiwa dan material.

Dua tempat yang paling nyata mengalami bencana ini adalah Kelurahan Petobo dan Perumnas Balaroa di Kota Palu.

Balaroa ini terletak di tengah-tengah sesar Palu-Koro. Saat terjadinya likuifaksi, terjadi kenaikan dan penurunan muka tanah. Beberapa bagian amblas lima meter, dan beberapa bagian naik sampai dua meter.

Di Petobo, ratusan rumah tertimbun lumpur hitam dengan tinggi 3-5 meter. Terjadi setelah gempa, tanah di daerah itu dengan lekas berubah jadi lumpur yang dengan segera menyeret bangunan-bangunan di atasnya.

Di Balaroa, rumah amblas, bagai terisap ke tanah.

Adrin Tohari, peneliti LIPI, mengatakan ada menyebut bahwa di bagian tengah zona Sesar Palu-Koro, tersusun endapan sedimen yang berumur muda, dan belum lagi terkonsolidasi/mengalami pemadatan. Karenanya ia rentan mengalami likuefaksi jika ada gempa besar.

Laporan dan rekaman likuefaksi juga muncul dari perbatasan Kabupaten Sigi dengan Kota Palu. Lumpur muncul dari bawah permukaan tanah dan menggeser tanah hingga puluhan meter dan akhirnya menenggelamkan bangunan dan korban hidup-hidup.

Menurut data, likuefaksi yang terjadi di Perumnas Balaroa menenggelamkan sekitar 1.747 unit rumah. Sedangkan di Kelurahan Petobo sekitar 744 unit rumah tenggelam.

Akibat dari likuefaksi ini, sampai 3 Oktober, tim SAR menemukan korban di Perumnas Balaroa 48 orang meninggal dunia, dan di Petobo 36 orang, juga meninggal dunia.

Di Jono Oge, Kabupaten Sigi, mencapai 202 hektar, 36 bangunan rusak, dan 168 lain juga kemungkinan rusak. Di Petobo, Palu, luasan mencapai 180 hektar, bangunan rusak 2.050, dan bangunan mungkin rusak 168.

Lalu terkait tsunami. Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan peringatan dini tsunami untuk wilayah pesisir pantai Kabupaten Donggala, Kota Palu dan sebagian pesisir utara Kabupaten Mamuju.

Tsunami diprediksi memiliki ketinggian 0,5 – 3 meter dengan waktu tiba di Kota Palu pukul 18.22 WITA.

Pukul 18.27 WITA terjadi kenaikan air muka laut 6 cm di pesisir Kabupaten Mamuju. BNPB mengeluarkan asbab daripada terjadinya tsunami ini.

Menurut BNPB, tsunami ini sebabnya adalah adanya kelongsoran sedimen dalam laut yang mencapai 200-300 meter.

Sutopo Purwo Nugroho, pihak Humas BNPB lebih lanjut menyatakan bahwa sendimen tersebut belum terkonsolidasi dengan kuat sehingga ketika diguncang gempa terjadi longsor.

Di lain tempat selain Donggala, adanya gempa lokal yang membuat tsunami tak sebesar di Donggala. Di Teluk Palu yang jaraknya lebih dekat dengan pusat gempa diperkirakan terlebih dahulu mengalami tsunami setinggi 1,5 meter.

Pukul 18.37 WITA, BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami akibat gempa ini. Fakta terbaru menyebut bahwa titik tertinggi tsunami tercatat 11,3 meter, terjadi di Desa Tondo, Palu Timur, Kota Palu. Sedangkan titik terendah tsunami tercatat 2,2 meter, terjadi di Desa Mapaga, Kabupaten Donggala.

Baik di titik tertinggi maupun titik terendah, tsunami menerjang pantai, menghantam permukiman, hingga gedung-gedung dan fasilitas umum.

Dampak dan korban

Pada awalnya, 1 orang tewas dan 10 orang luka-luka dikabarkan akibat gempa pertama berkekuatan 6,0 Mw pukul 15.00 WITA. Namun begitu, angka begitu cepat meningkat, sampai diketahuilah jumlah korban telah sampai 420 orang meninggal.

Pada Selasa 2 Oktober, Sutopo mengabarkan bahwa korban meninggal telah mencapai 1234 orang. Adapun jumlah orang tertimbun yang dilaporkan masyarakat telah mencapai 152 orang.

Korban yang tewas maupun yang terluka, merupakan korban tertimpa bangunan yang roboh. BPBD Kabupaten Donggala juga menyatakan bahwa puluhan rumah rusak karena adanya gempa ini.

Sementara itu akibat gempa 7,4 Mw yang disusul Tsunami di Kota Palu hingga Sabtu, 29 September 2018, pukul 15.00 WITA korban tewas mencapai 844 jiwa, lebih dari 500 orang luka berat, 29 orang hilang dan sebanyak 65.733 rumah rusak menurut Kapendam Kodam XIII Merdeka Kolonel (Inf) M Thohir.

Dari antara orang-orang yang hilang itu, sebanyak satu keluarga sebanyak 5 orang hilang di tengah tsunami di Pantai Talise. Dari antara 400 lebih orang yang meninggal itu, baru teridentifikasi sebanyak 97 orang. Sejumlah tempat rata dengan tanah. Sepanjang cakrawala, ternampaklah kayu yang bersepah di mana-mana, pepuingan, dan atap-atap yang terserak.

BNPB 10 Oktober mengumumkan, korban meninggal akibat gempa mencapai 2.045 orang. Terbanyak di Palu  1.636 orang dan disusul Sigi kemudian Parigi. Sementara itu, korban yang mengungsi sebanyak 82.775 orang, dan 8.731 orang pengungsi berad di luar Sulawesi.***

Editor: denkur | Sumber: Wikipedia

 

Berita Terkait

Bupati Bandung Ingin Menambah Jumlah Desa Jadi 411 Desa, Ini Alasannya
Tren Mobile Entertainment dan Media Sosial 2024, Gen Z Nilai TikTok Sebagai Media Sosial Paling Informatif
Pemda Provinsi Jawa Barat Mengawasi Pembongkaran Pagar Laut di Bekasi
Besti 2025 Dibuka Lagi Lho, Siapkan Syarat-syarat Ini
Pemprov Jabar Evaluasi Kerja Sama dengan PT TRPN Soal Pagar Laut Bekasi
Soal Pagar Laut Bekasi, KKP Beri Sanksi PT TRPN
HARI PERS NASIONAL 2025, Bey Machmudin: Membangun Sikap Kritis dan Berintegritas
Puncak Peringatan HPN 2025 di Riau, Menkomdigi: Momen Merayakan Keberanian, Integritas, dan Semangat Juang
Berita ini 6 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 12 Februari 2025 - 09:47 WIB

Bupati Bandung Ingin Menambah Jumlah Desa Jadi 411 Desa, Ini Alasannya

Rabu, 12 Februari 2025 - 09:20 WIB

Tren Mobile Entertainment dan Media Sosial 2024, Gen Z Nilai TikTok Sebagai Media Sosial Paling Informatif

Selasa, 11 Februari 2025 - 13:35 WIB

Besti 2025 Dibuka Lagi Lho, Siapkan Syarat-syarat Ini

Selasa, 11 Februari 2025 - 13:04 WIB

Pemprov Jabar Evaluasi Kerja Sama dengan PT TRPN Soal Pagar Laut Bekasi

Selasa, 11 Februari 2025 - 12:54 WIB

Soal Pagar Laut Bekasi, KKP Beri Sanksi PT TRPN

Berita Terbaru

mobil sim keliling kabupaten Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kabupaten Bandung, Rabu 12 Februari 2025

Rabu, 12 Feb 2025 - 06:26 WIB

mobil sim keliling kota Bandung

BANDUNG UPDATE

Lokasi Mobil SIM Keliling di Kota Bandung, Rabu 12 Februari 2025

Rabu, 12 Feb 2025 - 06:23 WIB