Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung menjadi salah satu instansi pelayanan langsung terhadap masyarakat, sehingga kinerjanya harus makin profesional. Bukan hanya soal kemampuan personel, tapi juga sarana dan prasarananya.
DARA – Demikian dikatakan Ketua Komisi B DPRD Kota Bandung, Hasan Faozi.
Berdasarkan pemantauan dan hasil rapat kerja yang dilakukan Komisi B DPRD Kota Bandung dengan Diskar PB Kota Bandung beberapa waktu lalu, diketahui bahwa beberapa kelengkapan sarana prasarana belum lengkap.
Salah satunya ketersediaan alat ukur ketinggian gedung untuk memastikan akurasi tekanan air yang dibutuhkan saat menangani musibah kebakaran, khususnya dalam gedung bertingkat.
“Melihat jumlah masyarakat dan 30 kecamatan di Kota Bandung yang menjadi wilayah tugas layanan dari Diskar PB Kota Bandung, maka kesiapsiagaan petugas dan kelengkapan sarana operasional pun menjadi faktor krusial yang harus disiapkan secara serius dan maksimal. Sebab potensi bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja,” ujarnya, usai hadiri HUT Damkar ke-102, di Mako Diskar PB Kota Bandung, Rabu (17/3/2021).
Disamping alat ukur gedung, dia menambahkan, kelengkapan sarana prasarana yang dibutuhkan lainnya terkait ketersediaan jumlah tabung oksigen yang belum sebanding dengan jumlah anggota di lapangan.
Saat terjadi penanganan suatu musibah, penggunaan kebutuhan tabung oksigen dilakukan secara bergantian antara satu petugas dan petugas lainnya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong Pemerintah Kota Bandung untuk segera melengkapi kebutuhan tersebut, apalagi tabung oksigen sangat erat kaitannya dengan keselamatan nyawa petugas di lapangan.
“Melihat pentingnya kebutuhan dari dua alat tersebut, saya berharap ini dapat segera dilakukan pembahasan di tingkat Banggar (Badan Anggaran) untuk mendorong eksekutif segera mewujudkannya. Apalagi kebutuhan anggaran dari kedua alat ini hanya sekitar Rp200-250 jutaan, sebuah nominal yang tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan besarnya manfaat yang diberikan. Harusnya menjadi prioritas untuk diwujudkan,” kata Oji, sapaan akrabnya.
Hal senada disampaikan Sekretaris Komisi A DPRD Kota Bandung Erick Darmadjaya. Menurutnya disamping keterbatasan alat, kondisi dari armada truk pemadam kebakaran yang dimiliki Diskar PB Kota Bandung juga tidak dalam keadaan prima. Selain merupakan produksi lama, fisik kendaraan juga kurang terpelihara dengan baik.
“Saya melihat bahwa truk-truk pemadam kebakaran yang kita punya itu adalah kendaraan impor dan tentu harganya mahal-mahal, ya. Tapi sayangnya beberapa diantaranya tidak berfungsi dengan optimal karena kurang terpelihara dengan baik. Saya enggak tahu apa permasalahannya, apakah spare part yang harus impor atau memang harus teknisi khusus yang memperbaikinya, sehingga hal ini tidak segera dilakukan,” ujarnya.
Namun satu hal yang pasti, imbuh dia, kesiapan dari armada truk tersebut sangat dibutuhkan saat terjadi musibah kebakaran. Erick berharap kondisi kendaraan dan alat pendukung harus prima setiap saat.
Erick pun mendorong agar Pemkot Bandung dapat menjalin kerja sama dengan mitra strategis lain, salah satunya PT Pindad, dalam rangka menyediakan armada truk pemadam kebakaran lokal dengan kualitas impor, sehingga, kebutuhan spare part dan proses pemeliharaannya tidak harus menunggu lama.
“Saya yakin PT Pindad bisa membuat itu (truk pemadam kebakaran), sehingga bila kerja sama ini terjalin, setiap kali ada masalah dari truk-truk itu, bisa langsung cepat tertangani. Sebab, dengan ketersediaan jumlah truk yang ada saat ini saja, saya kira kurang ideal untuk bisa meng-cover penanganan saat terjadi kebakaran besar, apalagi bila dua atau tiga di antaranya tidak bisa beroperasi, tentu proses penanganan akan terhambat dan dibutuhkan waktu yang lebih lama dari seharusnya,” katanya.***
Editor: denkur