Pemerintah Kabupaten Garut resmi memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah dan untuk memastikan pelaksanaannya berjalan sesuai standar operasional prosedur (SOP), Wakil Bupati Garut, dr Helmi Budiman memantau langsung.
DARA – Pantauan digelar di lima sekolah, yakni SDIT Persis Tarogong, SDN Regol 13, SDN Pakuwon, SDN Pataruman, dan SMPN 1 Cilawu.
Helmi menyimak secara detail protokol kesehatan, mulai dari proses antar jemput siswa, prosedur datang di sekolah, proses pembelajaran, hingga tempat duduk siswa.
Helmi mengatakan, keseluruhan sekolah yang dikunjunginya telah menerapkan protokol kesehatan.
Selain itu, meski telah melakukan uji coba tatap muka namun kegiatan belajar mengajar akan dilaksanakan secara online dan offline.
“Hasilnya, keseluruhan sekolah telah patuh terhadap protokol kesehatan. Uji coba pembelajaran tatap muka ini sebenarnya untuk mempersiapkan tahun ajaran baru, maka ada uji coba dulu, uji coba tatap muka walaupun tetap bukan hanya tatap muka pelajaran kita tetap online dan offline,” ujarnya, Senin (19/4/2021).
Ia menuturkan, pada tahun ajaran baru nanti semua guru dipastikan telah divaksinasi Covid-19, mengingat saat ini baru 60 persen guru di Kabupaten Garut yang telah divaksinasi.
“Pada saat tahun ajaran baru harus dipastikan semua guru sudah divaksin, makanya sekarang sambil bertahap guru-guru dilakukan vaksin. Menurut laporan dari Dinas Kesehatan baru 60% guru yang sudah divaksin. Oleh karena itu kepada guru – guru agar pro aktif mendaftar agar segera divaksin,” ujarnya.
Menurut Helmi, anak-anak sekolah merasa senang bisa kembali belajar di sekolah. Meski demikian, jam pelajaran sekolah hanya berdurasi 3 jam dan tidak ada istirahat.
“Untuk jam pembelajaran di uji coba ini hanya 2,5 jam sampai 3 jam dan tidak ada istirahat. Sampai tahun ajaran baru uji coba berjalan lancar dan dapat dukungan dari anak-anak. Anak anak menyampaikan rasa senang bisa sekolah kembali,” katanya.
Pada masa uji coba ini, para siswa tidak memakai seragam resmi. Helmi menuturkan, bahwa pihaknya tidak ingin membebani orang tua karena dikhawatirkan terdapat seragam yang sudah tidak cukup ukurannya untuk dipakai.
“Dalam masa uji coba pembelajaran tatap muka sengaja siswa tidak memakai seragam resmi dikarenakan kitak tidak ingin membebani para orang tua murid mungkin dari sekian banyak siswa ada seragamnya yang sudah tidak muat dikarenakan anak-anak kurang beraktivitas,” katanya.
Helmi menegaskan, tidak ada penolakan baik dari orang tua siswa maupun anak-anak. Bahkan anak-anak sekolah menyambut antusias uji coba yang dilakukan oleh pihak sekolah.
“Sampai saat ini tidak ada penolakan dari orang tua siswa anak anak sangat antusias menikmati proses uji coba pembelajaran ini,” katanya.***
Editor: denkur