Modus kejahatan dalam perdagangan orang, kian berkembang. Dua di antaranya perdagangan berkedok bea siswa dan pengantin pesanan. Karena itu, jika ingin bekerja di luar negeri, BLK adalah satu-satunya pilihan untuk mendapatkan ketearmpilan dan bekal ke sana.
DARA | BANDUNG – Berbagai modus dalam trafficking (praktik perdagangan orang), seperti pengantin pesanan atau perdagangan orang berkedok beasiswa, mulai berkembang.
Demikian kata kepada Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bandung, H. Kurnia Agustina Dadang M. Naser, seusai menerima penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI, belum lama ini, di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Karena itu, ia wanti-wanti, jika ingin bekerja di luar negeri, pahami dulu aturan tentang mekanisme pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, dampak hukumnya, dan perlindungan hukumnya. “Jangan biarkan warganya, saudara, atau keluarganya pergi ke luar negeri tanpa bekal dan keterampilan yang memadai dan akhirnya menjadi tenaga kasar di sana. Untuk mendapatkan pembekalan yang cukup bisa melalui Balai Latihan Kerja (BLK) terlebih dahulu.”
Menyoroti kasus perdagangan orang ini, lanjut dia, pihaknya bersama pemerintah daerah dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Bandung terus berupaya mencegahnya agar tidak terjadi di Kabupaten Bandung. Ia menagkui dalam kasus tarfficking, kita tidak bisa lepas dari keberadaan gugus tugas TPPO, yang berada di bawah pimpinan sekretaris daerah.
“Alhamdulilah melalui kekompakan pemerintah daerah dan forkompimda, kita pun menjadi lebih ringan menanganinya,” kata Kurnia.
Di Kupang, Kurnia mewakili Pemkab Bandung, untuk menerima dua penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) RI. Kali ini penghargaan diraih lewat Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bandung untuk untuk kategori penggiat terbaik dalam Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Penghargaan diraihbaik individual maupun secara kelembagaaan. Piagam penghargaan individual diterrima Kurnia dan untuk kategori kelembagaan diterima SAPA Institute, yakni sebuah Pusat Pendidikan Informasi dan Komunikasi Perempuan di Kecamatan Paseh.
“Penghargaan ini merupakan hasil kerja keras semua stakeholder,” kata Kurnia Agustina, seraya menyebutkan, semua stakeholder berperan dalam kapasitas P2TP2A yang berupaya membantu pemerintah daerah dalam meemberikan layanan dan pendampingan bagi perempuan dan anak korban kekerasan di Kabupaten Bandung.***
Editor: Ayi Kusmawan