DARA | Heboh aplikasi FaceApp, termasuk di Indonesia. Penggunanya bisa merobah wajah, dari muda jadi tua, bisa juga jadi cantik atau malah jadi jelek, jadi berewokan dan sebagainya tergantung keinginan.
Kehebohan aplikasi FaceApp ini ternyata disoroti senat Amerika sebagai alat atau piranti spionase alias mata-mata yang diduga diluncurkan Rusia.
Dikutip dari Jawapos, Chuck Schumer, seorang senator Amerika meminta FBI menyelidiki peranti lunak untuk telepon cerdas itu. Alasannya, pengembang FaceApp adalah perusahaan dari Skolkovo, Rusia.
Partai Demokrat Amerika khawatir bakal kecolongan lagi seperti pada Pilpres 2016. Kala itu Demokrat menuduh pemerintahan Vladimir Putin melakukan serangan siber untuk melumpuhkan. “Kami khawatir data yang mereka kumpulkan digunakan pihak ketiga untuk menyerang AS,” jelas Schumer menurut Agence France-Presse.
Kekhawatiran Demokrat tak main-main. Komite Nasional Demokrat memperingatkan tim kampanye dan simpatisan agar tak memakai aplikasi tersebut. “Seberapa berat risikonya memang tak bisa diukur. Tapi, lebih baik menghindari risiko itu sama sekali,” ujar Bob Lord, Ketua Keamanan Komite Nasional Demokrat.
FaceApp merupakan aplikasi gratis terlaris di Google Play dengan 100 juta pengguna. Karena itu, beberapa pakar teknologi mengkhawatirkan akan dibuat apa foto-foto para pengguna tersebut. Senin (15/7) pengembang software Joshua Nozzi memperingatkan bahwa FaceApp bisa mengunggah foto tanpa sepengetahuan klien.
Namun, CEO Wireless Lab Yaroslav Goncharov menyangkal semua tudingan tersebut. Menurut dia, perusahaannya hanya mengambil sebagian kecil foto untuk kepentingan riset. Sedangkan sisa foto yang diunggah ke server hanya akan bertahan 48 jam. “Kami tidak pernah menjual data kami ke pihak ketiga,” ungkap Goncharov kepada Washington Post.***
Editor: denkur/ Sumber: JawaPos