Matahari terbit dari utara. Terlihat di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi selatan. Videonya viral di media sosial. Lalu, fenomena alam itu dikaitkan dengan tanda-tanda kiamat sudah dekat.
DARA – Masyarakat Jeneponto memang dihebohkan dengan terlihatnya matahari yang terbit dari utara, Kamis kemarin (17/6/2021).
Videonya viral di media sosial dan perekam vedeo juga menunjukkan lokasi masjid yang menurutnya merupakan petunjuk arah sebelah timur.
Lalu ia menghubungkan kejadian itu dengan sebuah hadis yang menyebut salah satu tanda kiamat yaitu Matahari terbit dari barat.
“Jadi ini kalau kita sebagai orang beriman selaku orang muslim dimana kita biasa dengar ada peringatan dari Rasulluloh Muhammad SAW, salah satu tanda kiamat adalah jika matahari terbit di barat dan tenggelam di sebelah timur. Sepertinya dengan situasi pagi ini merupakan suatu isyarat matahari akan terbit di sebelah barat karena sekarang sudah berada di utara,” sebutnya dalam video itu, seperti dikutip dara.co.id dari CNNIndonesia, Jumat (18/6/2021).
Sekadar informasi, ada dua kiamat menurut Islam yaitu kiamat sugra (kecil) dan kiamat kubro (besar). Kiamat kubro juga disebutkan dalam beberapa hadits. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai berikut:
“Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka.”
Penjelasan sains BMKG
Masih dikutip dari CNNIndonesia, Siswanto Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG menjelaskan peristiwa itu terkait dengan gerak semu tahunan matahari (GSTM).
Terdapat dua jenis gerak semu Matahari, yakni GSM tahunan dan harian. Gerak semu tahunan Matahari menyebabkan pergantian musim seperti telah dijelaskan sebelumnya. Sementara gerak semu harian Matahari (GSHM) mengakibatkan adanya pergantian siang dan malam di planet Bumi.
Pergerakan ini dikatakan semu sebab bagi pengamat di Bumi yang tampak bergerak adalah Matahari. Padahal kenyataannya, “pergerakan” Matahari yang nampak oleh pengamat di Bumi terjadi akibat gerak Bumi terhadap Matahari. Gerak rotasi Bumi menyebabkan GSM harian, sementara revolusi Bumi menyebabkan GSM tahunan.
GSTM membuat Matahari tidak selalu tepat terbit di arah timur, tapi seolah-olah terbit semakin ke utara atau ke selatan tergantung bulan tertentu.
Lebih lanjut, Siswanto menjelaskan GSTM sendiri disebabkan revolusi bumi, yaitu gerak putar bumi pada orbitnya mengelilingi Matahari. Namun, poros Bumi ketika mengelilingi Matahari tidak tegak lurus, melainkan miring 23,5 derajat.
Sehingga, menyebabkan gerak semu seolah-olah Matahari bergerak lebih ke utara atau selatan, terutama jika diamati dari khatulistiwa seperti dari kawasan Indonesia.
“Pada 22 Desember-21 Juni matahari seolah-olah bergeser ke belahan Bumi utara dan pada 22 Juni-21 Desember matahari seolah bergerak ke arah belahan Bumi selatan. Ini juga yang menyebabkan kadang-kadang seolah-olah Matahari terbit seperti dari arah agak utara atau selatan,” tulisnya saat dihubungi, Jumat (18/6) pagi.
Melansir buku Ilmu Pelayaran Astronomiuntuk ANT-III dan IV, GSM juga menyebabkan perbedaan panjang waktu siang dan malam di berbagai belahan Bumi. Pada belahan Bumi selatan,siang hari akan lebih panjangantara23 September hingga 21 Maret. Sementara di belahan Bumi utara siang hari akan lebih panjang pada21 Maret hingga 23 September.
Ketika GSM berada tepat di khatulistiwa, maka kawasan Indonesia mengalami apa yang dikenal dengan peristiwa hari tanpa bayangan yang biasa terjadi sekitar Maret dan September tiap tahun.***
Editor: denkur | Sumber: CNNIndonesia