Tiga kecamatan di Cianjur diterjang bencana hidrometeorologi setelah diguyur hujan lebat beberapa hari terakhir ini. Cipanas, Sukaresmi dan Mande.
DARA – Bencana hidrometeorologi tersebut pergerakan tanah dan angin puting beliung. Terjadi di Desa Batulawang, Sindanglaya, dan Palasari di Kecamatan Cipanas.
Juga menerjang Desa Rawabelut di Kecamatan Sukaresmi dan banjir bandang menerjang Desa Mande di Kecamatan Mande.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Mokhamad Irfan Sofyan, mengatakan bencana hidrometeorologi itu akibat tingginya intensitas hujan.
“Curah hujan saat ini masih tinggi, sehingga beberapa titik di Cianjur Utara terjadi bencana, baik itu pergerakan tanah dan juga banjir bandang,” kata Irfan, kepada wartawan, Selasa (9/2/2021).
Irfan mengungkapkan, jajarannya telah menerjunkan personel ke sejumlah lokasi untuk melakukan assesment.
“Dampak dari banjir bandang tersebut, 3 rumah 3 KK atau sebanyak 14 jiwa terendam banjir di Kampung Nambo, dan 2 rumah terdiri dari 2 KK sebanyak 8 jiwa mengalami hal yang sama di Kampung Cikowak, Desa Murnisari,” katanyanya.
Irfan mengatakan, pergerakan yang terjadi di Desa Rawabelut Kecamatan Sukaresmi sudah di assesment.
Akibat dari pergerakan tanah tersebut hingga saat ini kurang lebih ada 15 rumah warga yang terdampak. Namun, semuanya sudah evakuasi dan memilih untuk tinggal di rumah keluarganya masing-masing.
“Kurang lebih ada 15 rumah warga yang terdampak dari pergerakan tanah di Desa Rawabelut. Tapi semuanya sudah kita evakuasi,” katanya.
Sementara itu Kepala Desa Rawabelut Syarif Hidayat mengatakan, pergerakan tanah di Kampung Cipari RT6/RW1 terjadi, Minggu (7/2/2021) pukul 15.00 WIB.
Menurutnya, bencana pergerakan tanah yang menerjang kawasannya merupakan bencana yang rutin terjadi dalam setiap tahunnya.
“Ada 15 rumah warga yang terdampak dari pergerakan tanah tersebut, semuanya sudah dievakuasi bersama Retana, dan juga BPBD,” kata Syarif,” kata Syarif.
Syarif mengatakan, pada saat di evakuasi ke tempat yang telah disediakan oleh pemerintah desa. Namun warga lebih memilih untuk berkumpul bersama rumah saudaranya.***
Editor: denkur