DARA | PANDEGLANG – Hutan pantai menjadi salah satu upaya mitigasi dalam mengurangi risiko bahaya tsunami di masa depan. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo melihat manfaat hutan pantai bagi masyarakat yang berada di sepanjang pantai yang termasuk dalam zona merah bahaya gempa bumi dan tsunami.
Doni mencontohkan beberapa jenis pohon yang dapat ditemui di beberapa tempat dan berfungsi sebagai penahan alami dari hantaman tsunami. Beberapa jenis pohon dapat ditanam dan cocok di pinggir pantai seperti pohon pule, ketapang, mahoni, waru, beringin dan kelapa.
“Ini sebagai tujuan kita mengurangi bencana, maka sejak sekarang kita siapkan,” kata Doni saat berkunjung di Pantai Binuangeun, Pandeglang, Banten, akhir pekan kemarin
Kawasan di zona merah Selat Sunda, menurut dia, sudah harus mempersiapkan diri dari sekarang untuk melakukan penanaman pohon, perawatan, dan menjadi kokoh. “Sehingga mungkin 10 tahun , 20 tahun 30 tahun yang akan datang terjadi lagi perstiwa seperti ini (tsunami), masyarakat dapat terlindungi dan korban seminim mungkin,” ujarnya, dalam press releasen yang dikeluarkan BNPB, dalam portal resminya.
Sementara itu, pakar tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari menyebutkan, hutan pantai dapat mengurangi laju energi tsunami dan menahan koral besar. Karakter tsunami di kawasan ini membawa koral hingga 10 ton ke darat.
Doni memberikan arahan, penanaman pohon nantinya diserahkan kepada pemerintah kabupaten setempat, termasuk melibatkan dinas kehutanan provinsi. Penanaman nantinya memperhatikan juga berapa panjang pantai, dan setiap wilayah ada lapisan.
“Kita minta bupati untuk menyusun rencana dan mengajukan ke BNPB. Kebutuhan apa yang dapat kita usulkan nanti ke Kementerian Keuangan,” katanya.
Sehubungan dengan mitigasi dan pencegahan terhadap wilayah yang rawan gempa dan tsunami tersebut, Doni menjelaskan beberapa upaya yang dapat dilakukan semua pihak, antar alian kesiapsiagaan masyarakat. Sosialisasi harus terus diberikan kepada semua lapisan masyarakat oleh semua komponen, termasuk para ulama.
Ia menekankan adanya latihan yang menyentuh hingga tingkat rukun warga yang berada di kawasan zona merah. Upaya lain, terkait aturan, seperti peraturan daerah terhadap seluruh pengelola hotel untuk memperhatikan masalah konstruksi.
Kawasan pantai ini, sebenarnya memiliki sebuah shelter tsunami, pembangunannya belum sempurna karena permasalahan administrasi. Kepala BNPB berharap, shelter itu dapat digunakan untuk kepentingan kebencanaan.
Dilihat dari jejak historis, kawasan Pantai Binuangeun pernah terdampak tsunami pada 300, 1.700, dan 3.000 tahun lalu. Tersimpan energi potensi bencana yang belum dapat diketahui kapan terjadinya.
Kepala BNPB menekankan pula, adanya jejak tsunami ini menunjukkan bahwa pemda dan masyarakat setempat harus meningkatkan kesiapsiagaan dengan memperkuat upaya mitigasi, menyiapkan rute evakuasi, dan melakukan tata ruang yang berbasis risiko bencana.***