TERIK kemarau membakar 30.315 hektar lahan dan hutan di Indonesia. Terluas terjadi di Riau, disusul Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jambi, dan Gunung Arjuna di Jawa Timur. Rinciannya: di Riau seluas 27.683,47 hektar, di Kalimantan Barat 2.273,97 hektar, Sumatera Selatan 236,49 hektar, Kalimantan Selatan 52,53 hektar, Kalimantan Tengah 27 hektar, dan Jambi 4,18 hektar. Ditambah di Gunung Arjuna, Jawa Timur, 40 hektar juga terbakar.
Titik panas di Riau 27 titik, Jambi 26 titik, Kalimantan Tengah 14 titik, Kalimantan Barat 12 titik, dan Sumatera Selatan 5 titik.
Peristiwa ini terjadi setiap tahun atau setiap musim kemarau. Seolah tak ada solusi antisipasi kebakaran terjadi. Apa yang kita lakukan masih seolah menunggu kebakaran itu terjadi lalu melakukan upaya pemadaman. Faktor alam tak bisa dihindari, begitu katanya.
Betul, penyebab kebakaran hutan secara umum selain karena faktor alam atau cuaca juga karena ulah manusia. Dikutip dari liputan6.com, bumi dikatakan sebagai planet yang mudah terbakar secara fundamental karena keberadaan vegetasi yang kaya akan karbon, iklim kering, oksigen di atmosfer, petir, dan aktivitas vulkanik.
Kebakaran hutan menyebabkan berbagai kerugian. Hilangnya habitat asli satwa liar, kabut asap, penyakit pernapasan, bahkan kerusakan pemukiman di sekitar hutan dapat merusak ekosistem makhluk hidup.
Penyebab kebakaran hutan ini sebenarnya bisa dihindari. Baik penyebab kebakaran hutan oleh alam atau manusia, keduanya bisa dicegah melalui tindakan preventif dan regulasi tertentu.
Pentingnya hutan bagi keseimbangan ekosistem membuat penyebab kebakaran hutan harus diminimalisir sebaik mungkin. Penyebab kebakaran hutan memang bisa muncul dari kondisi alam. Namun, hampir sebagian besar penyebab kebakaran hutan disebabkan oleh manusia.
Petir adalah penyebab alami kebakaran hutan terbesar. Sambaran petir yang berbeda dari voltase listrik yang bervariasi menyebabkan kebakaran melalui vegetasi yang langsung menyala dengan arus tinggi. Api petir bisa muncul pada musim kemarau ketika vegetasi masih kering.
Petir yang menyebabkan kebakaran juga terjadi di medan yang kasar dan tempat-tempat berbahaya yang menyulitkan peralatan dan personel pencegah kebakaran untuk mencapai api tepat waktu.
Selain itu, aktivitas vulkanik seperti erupsi dan aliran lava dapat menyebabkan kebakaran yang sulit untuk padam. Musim kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan adalah salah satu faktor besar pemicu kebakaran hutan.
Barangkali tidak berlebihan jika pemerintah atau instansi terkait lebih gencar mensosialisasikan bagaimana menjaga hutan dari api kebakaran. Apa yang harus masyarakat lakukan untuk menjaga hutan di sekitarnya saat musim kemarau agar tidak terbakar?? Inilah yang nampaknya harus terus ditumbuhkan dalam jiwa kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan hutan di sekitarnya.*