Ikan cupang dinilai bisa menjadi salah satu alternatif untuk memberantas benih-benih nyamuk Aedes Aegypti pembawa penyakit demam berdarah dengue (DBD).
DARA | BANDUNG – Melansir dari One Library, betta splendens regan atau dikenal dengan ikan cupang memiliki karakteristik biologis yang mendukung dalam pengendalian larva aedes aegypti-penyebab DBD secara domestik. Ikan jenis ini memiliki kemampuan mengonsumsi larva yang cukup tinggi.
Selain itu ikan cupang juga mampu bertahan hidup dalam waktu yang lama. Pada penelitian yang dilakukan, dalam wadah berisi dua liter air, ikan cupang mampu membunuh rata-rata 319 anopheles stephensi pupae (larva nyamuk anopheles) dalam satu hari.
Setelah lima minggu terus menerus dengan larva nyamuk Aides Aegypti dalam kondisi laboratorium, ikan cupang betina dapat memakan hingga 500 larva setiap harinya. Ikan cupang betina juga dapat bertahan pada konsenterasi air dengan 1,0 mg/l klorin dengan nyaman.
Bahkan 75 persen ikan cupang mampu bertahan pada air dengan konsenterasi klorin sebanyak 1,50 mg/l. Di Brasil, konsenterasi residu klorin dalam wadah domestik berkisar dari 0,50 hingga 2,00 mg/liter.
“Ikan cupang efektif untuk mencegah DBD. Karena memang nyamuk itu punya hobi menyimpan larva atau telurnya pada permukaan air yang tergenang, kalau airnya ngalir akan ikut hanyut,” Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Berli Hamdani di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (13/3/2020).
Dengan menempatkan ikan cupang di tempat penampungan air, sangat efektif mematikan nyamuk DBD dibandingkan dengan menggunakan abate dan menguras air.
“Kalau menggunakan abate itu kan harus diulang, kalau dikuras harus seminggu sekali. Tapi kan kalau ikan ya sudah disimpan di situ (tempat penampungan air),” katanya.
Selain ikan cupang, ikan nila dan ikan Mas, serta ikan yang memiliki nafsu makan yang besar dinilai juga bisa digunakan sebagai pemberantas larva nyamuk.***
Editor: Muhammad Zein
