OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
“Homo Homini Lupus”, kata Thomas Hobbes filsuf politik Inggris (1588-1679). Manusia (Timnas sepak bola), akan selalu “berkonflik” satu sama lain, demi memenuhi kepentinganya. Di antara mereka, akan menjadi “Serigala”.
Harian “New Straits Times” (edisi Singapura dan Malaysia) menulis ‘banner’ “Ruthless Japan Beat China”, atau “Jepang yang Kejam Kalahkan China”. Judul ini berlanjut dengan “to move to brink of World Cup Qualification” sebagai ‘adverbia’ (keterangan tambahan).
Seperti halnya Jepang. Bersamaan waktu, Timnas Indonesia menjadi “Serigala” yang kejam terhadap timnas Arab Saudi. Bermain dengan atmoshfer GBK yang riuh, Marselino Ferdinand dkk melumat, dan menjungkalkan rangking 57 FIFA ini, 2-0.
Kemenangan terhadap “The Green Falcons”, memutus “mata rantai” 15 kali pertemuan kedua tim ( sejak 1984), dengan 12 kekalahan Indonesia, serta tiga imbang.
Kejutan yang banyak disebut sebagai “thriller” ini, adalah ‘oase’ dari hujan di gurun gersang. Kekalahan besar 0-5 dan 0-6 Indonesia saat ‘home’ dan ‘away’ Kualifikasi Piala Asia 2004, kini terbalaskan.
Kemenangan “matchday” ke-6, seperti petunjuk “tangan Tuhan”. Indonesia akan menuju ke Piala Dunia, untuk pertama kali dalam sejarah sepak bola modern.
Ungkapan ini, mungkin terlalu “hyperbola”, meminjam gaya (majas) dalam pelajaran bahasa Indonesia. Membawa “Tangan Tuhan”, kemenangan Timnas Indonesia atas Arab Saudi, sah saja.
Kekalahan China 1-3 dari Jepang, kemudian draw 2-2 Bahrain versus Australia, sekali lagi saya sebut “Tangan Tuhan”.
Meminjam analogi, saat Diego Maradona (sengaja atau tidak). Mengarahkan ‘deviasi’ bola dengan tangan, dan berujung gol ke gawang Peter Shilton (Inggris, Piala Dunia 1986 di Meksiko). Itu adalah “Tangan Tuhan”. Mungkin lebih “Eufemisme” kita sebut “kehendak Tuhan”.
Hasil kemenangan Indonesia, diikuti kekalahan China, dan draw-nya Bahrain versus Australia. Membawa skenario ideal Indonesia lolos langsung, atau setidaknya membuka ‘asa’ ke putaran ke-4 kualifikasi Piala Dunia 2026.
Persaingan sengit, rangking 2-6 (Australia, Indonesia, Arab Saudi, Bahrain, China), menjadikan Group C sebagai “kawah menggelegak” yang sangat panas. Peluang terbesar milik siapa. Tergantung siapa lawan siapa, dan ‘home’ atau ‘away’, di empat pertandingan sisa.
Poin 7 (Australia), dan poin 6 (Indonesia, Arab Saudi, Bahrain, China), menjadikan Group C (di banding A dan B) sebagai kelompok yang paling kompetitif peluangnya.
Hanya Jepang yang hampir pasti lolos langsung ke Piala Dunia, karena sudah mengemas 16 poin dari 6 pertandingan. Jepang cuma kehilangan 2 poin (maksimal 18), karena hasil draw melawan Australia di “matchday” pertama.
Kalkulasi lolos atau tidaknya Jay Idzes dkk. Coba kita lihat pada empat pertandingan sisa. Bertandang ke Australia 20 Maret 2025 mendatang, tidak muluk-muluk. Indonesia harus mengupayakan draw.
Lalu, 25 Maret di “matchday” ke-8, Stadion GBK akan menjamu Bahrain. Harga mati, Indonesia harus menang terhadap Tim berjuluk “Muharabi Dilmun” (Mutiara Teluk Persia) ini. Selanjutnya 5 Juni melawan China, juga di GBK. ini harus menang.
Sebagai laga ‘pamungkas’, 10 Juni, Timnas Indonesia kembali dicoba oleh Tim “Samurai Biru”, sang pemburu Elang. Tidak ada keraguan, di empat pertandingan sisa, setidaknya Jepang akan mengalahkan: Bahrain, Arab Saudi, Indonesia, dan draw kembali dengan “The Socceroos” (Australia).
Bila prediksi itu terwujud, maka sebelum melawan Jepang (10 Juni 2025), Indonesia telah mengumpulkan 13 poin. Atau katakanlah, cukup 12 poin. Dengan prediksi draw dengan Australia, meleset. Berubah, menjadi kalah.
Saya membayangkan, saat bertemu “away” dengan Indonesia di “matchday” ke-10, Jepang telah mengumpulkan 22 atau 23 poin (sekarang 16). Itu artinya, Koki Ogawa dkk, sudah memastikan diri rangking satu Group C, dan lolos.
Mengaku sebagai “Saudara Tua” Indonesia (teringat sejarah Indonesia-Jepang). Tentu sang “Cahaya Asia” (baca: Jepang) ini, akan memberikan “highway to heaven” untuk Indonesia menuju Piala Dunia 2026.
Jepang adalah “simbiosa mutualisme” Indonesia saat ini. Kerjasama ekonomi kedua negara sangat baik. Cukup menurunkan pemain lapis ke-2nya (10 Juni), itulah bentuk kebaikan “Samurai Biru”.
Diharapkan, Timnas Jepang akan menggandeng tangan Timnas Indonesia, menuju “Jalan ke Surga” (Piala Dunia).