OLEH: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
“KECEMASAN”, bisa jadi tengah melanda Timnas Bahrain. Juga Timnas China saat ini. Keduanya akan berhadapan dengan Timnas Indonesia di ‘match’ ke-3 (10 Oktober), dan ke-4 (15 Oktober).
Tibanya pemain berbandrol Rp 121 milyar (Mees Hilgers) dan Eliano Reijnders bergabung di Ibukota Manama (Bahrain). Pertanda, Indonesia siap merebut enam poin penuh, di dua laga tandang (Manama/Bahrain), dan Qingdao (China).
Tidak main-main, Mees Hilgers yang bermain di kasta tertinggi Liga Belanda (FC Twente), merupakan pemain grade A yang telah lama diincar indonesia. Kedatangan Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong (STY) akhir 2019, telah menyebut nama pemain berposisi bek kiri ini. Jauh sebelum nama: Idzes, Haye, dan Verdonk muncul.
Sementara untuk, pemain gelandang serang (sayap) Eliano Reijnders Lekatompessy (PEC Zwolle) dengan nilai pasar Rp 11,3 milyar (transfermarkt), dan merupakan adik kandung pemain Timnas Belanda, Tijjani Reijnders Lekatompessy. Tidak kalah bergaung.
Embel-embel ‘last name’ “Reijnders”, sudah tentu membuat Bahrain dan China cemas. Walau sungguh, awalnya Shin Tae Yong menginginkan pemain berbandrol lebih dari setengah trilun Rupiah (Tijjani Reijnders). Reputasi bermain Eliano Reijnders yang memiliki rekor 81 caps (6 gol) bersama PEC Zwolle, dan 35 caps (Jong Utrecht/pinjaman), bukan hal sepele.
Aura kedatangan Mees Hilgers dan Eliano Reijnders, sangat menggelegar. Walau sejatinya, keberadaan pemain Serie A Liga Italia (Venezia), Jay Idzes saja, psikologis pemain-pemain Bahrain sudah terganggu.
Sekarang, ada Mees Hilgers yang sesungguhnya tinggal menunggu ‘timing’ untuk menjadi ‘line up’ timnya Ronald Koeman (pelatih Tim Orange Belanda). Hilgers mengambil keputusan lain. Hilgers menentukan jalannya, sekalipun ada saja yang menyayangkan untuk bersabar.
Rasa optimistis mengalahkan Tim yang peringkatnya jauh di bawah negara Teluk (Gulf) ini (baca: Indonesia), kini berubah menjadi kekhawatiran. Sekaligus kecemasan.
Sangat terlihat dengan apa yang dikatakan pelatih Timnas Bahrain, Dragan Talajic. Talajic menyoroti secara serius dan mengingatkan siapa pun lawan Indonesia. Bahwa Timnas Indonesia adalah Tim Internasional, dengan pemain-pemain yang merumput di liga: Belanda, Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Belgia.
Dengan materi pemain inti, dan pemain ‘substitute’ (pengganti) yang tidak jauh berbeda. Maka, diperkirakan Indonesia, akan mampu mengalahkan Tim yang memiliki tiga julukan ini: “The Reds”, Dilmun’s Warior”, “The Perak Divers”.
Nama Bahrain yang berarti “Dua Lautan”, saat ini berada di rangking 80 Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Dengan torehan tiga poin (menang 1-0) versus Australia, dan kalah 0-5 dari Jepang (‘match ke-2). Pertandingan melawan Indonesia adalah “kamikaze” yang harus Bahrain menangkan.
Tekad itu, tertanam kuat oleh Waleed Al-Hayam (kapten tim), dan bintang Muhammed Husain, serta pencetak gol terbanyak di Timnas Bahrain (Ismail Abdullatif/47 gol). Harus menang!
Kekalahan terhadap Indonesia, akan menjauhkan Bahrain dari peluang meraih posisi 3-4 Group C. Sebagai, hasil minimal untuk tetap menjaga asa, bersama lima tim (Group A,B,C) lain, di putaran ke-4.
Sementara kemenangan Indonesia atas Bahrain. Bila dibarengi dengan kekalahan Arab Saudi (10/10) atas Jepang di (King Abdullah Sport City), akan menempatkan Indonesia di posisi “runner up”, di bawah Jepang. Sementara, hasil laga tandang Australia versus China, tidak akan berpengaruh. Menang, draw, kalah. Sama saja.
Bila, Australia menang, poinnya 4. Bila China menang, poinnya 3. Sementara bila Indonesia menang, poinnya 5. Asa Indonesia akan tambah membuncah, bila lima hari kemudian mampu menggasak China di kandangnya (Qingdao). Skor tidak penting. Berapa pun!
Indonesia, sekalipun laga tandang dengan Bahrain. Ditambah perilaku buruk penonton negeri indah berjuluk “Mutiara Persia” ini. Secara psikologis dalam suasana diuntungkan. Bahrain dalam keadaan terpukul dan runtuh.
Kekalahan 0-5 Bahrain atas Jepang di ‘match’ ke-2. Yang dibumbui gangguan sorotan ‘laser’ (penonton Bahrain), saat pertandingan berlangsung. Tengah kehilangan kepercayaan diri. Angka 0-5, sangat “menghina” martabat Bahrain. Gangguan ‘alat’ tak berpengaruh!
“Jika satu-satunya alat yang Anda miliki, hanyalah palu. Anda cenderung akan melihat setiap permasalahan sebagai paku”. (Psikolog Amerika Serikat, Abraham H. Maslow: 1908-1970).
Maslow, tersirat (analogi saya saja) ingin mengatakan. Bila Timnas Bahrain ingin menggunakan cara non-teknis seperti laser (baca: palu) untuk menyilaukan mata pemain lawan (tamu).
Maka, itu akan merusak permainan sendiri. Bahrain akan berkubang dengan teknik permainan yang tidak lazim (tidak fokus). Bahrain berharap Tim yang dihadapinya kalah oleh sebab yang tidak sepatutnya (baca: paku). Tokh, gangguan laser, tetap membuat Jepang pesta gol.
Curiga boleh. Namun, Timnas Indonesia jangan hanyut oleh ‘paranoia’ berlebihan. Asian Football Confederation (AFC) telah memutuskan ‘match’ Indonesia-Bahrain dipimpin oleh Ahmed Al Kaf (Oman).
Al Kaf akan dibantu oleh dua asisten yang sama-sama berasal dari negara Teluk (Gulf) itu: Abu Baker Al-Amri (Oman), dan Rashid Al Gathi (Oman), Abdullah Al-Kandri (Oman/VAR). Bahrain sendiri adalah negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCG). Sama seperti Bahrain.
Meskipun dalam ‘story’nya Al Kaf terkenal kontroversial/gampang mengeluarkan kartu. Pemain Indonesia jangan kehilangan konsentrasi dan takut ‘berduel’ dalam merebut bola. Hindari keterlambatan intersep, yang berbuah pelanggaran.
Kemenangan Indonesia versus Bahrain, sangat berarti. Apalagi bila kemenangan ini diikuti hasil positif melawan China (15/10). Maka, konfigurasi klasemen akan sangat menarik.
Kita umpamakan, Indonesia menang lawan China. Lalu di hari yang sama Jepang mengharubirukan Australia, dan di waktu yang sama Arab Saudi menang lawan Bahrain. Posisi Indonesia tetap akan “runner-up”, hingga usai ‘match’ ke-4. Dengan mengumpulkan 8 poin.
Lewat skema dan skenario tersebut, posisi Arab Saudi di tempat ke-3 dengan 7 poin, Australia 4 poin, Bahrain 3 poin, dan China tetap 0 poin. Match ke-4 usai, selanjutnya tinggal menunggu pertandingan ke-5 dan 6 (November) mendatang.
Secara materi Timnas Indonesia dengan pelatih kepala Shin Tae Yong, Choi in-choi, dan pelatih ‘striker’ Yeom Ki-hun, tidak ada masalah. Penjaga gawang mumpuni Maarten Paes diperkirakan akan tiba di Bahrain Selasa siang ini.
Pembuktian pemain Liga Utama Amerika Serikat (Dallas FC) ini, membuat kehadirannya wajib, untuk memperkuat optimisme membawa enam poin dari Bahrain dan China.
Syaratnya jajaran depan: Raffael Struick, Witan Sulaeman, Eliano Reijnders harus bermain ganas dan membuat gol. Tentunya, suplai bola dari lini tengah: Ivar Jenner, Nathan Tjoa-A-On, Ragnar Oratmangoen, Sandy Walz dijamin akurasinya.
Tak ada salahnya mensitir Bryan E. Robinson, Ph.D dalam buku “Selowaja” (William Morrow Publishing). Ada satu penyakit yang disebut “Psikologi Masturbasi”.
Psikologi ini, jangan kita bawa dalam permainan sepak bola. Yang mana, kita harus tunduk dengan permainan orang lain. Kita jangan mengikuti irama permainan Timnas Bahrain. Jangan terpancing permainan kasar Bahrain.
Katakan, Timnas Indonesia punya pola permainan sendiri yang diramu oleh “Coach’ Shin Tae Yong. Apalagi, kita punya kiper Maarten Paes dan Mees Hilgers. Menang, akh.