Cegah munculnya klaster covid, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung melarang masyarakat merayakan pergantian tahun baru di tempat-tempat wisata. Begini penuturannya.
DARA – Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung, Wawan A Ridwan mengatakan fase natal dan tahun baru (nataru) itu harus diwaspadai.
Pemerintah daerah bersama TNI dan Polri akan semakin ketat dalam mengeluarkan kebijakan, sehingga bisa mencegah terjadinya klaster baru Covid-19.
Wawan menyoroti kegiatan yang biasa dilakukan di objek wisata yaitu gelaran perayaan tahun baru. “Di objek wisata masih tetap berjalan yaitu 75 persen dari kapasitas. Jadi, kalau hanya sekadar menginap itu masih bisa, tapi untuk perayaan yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka menghadapi tahun baru, nah itu otomatis tidak diperbolehkan,” ujar Wawan di Soreang, Minggu (19/12/2021).
“Mungkin saja akan ada pembatasan seperti penyekatan atau seperti apa, nanti kita tunggu bagaimana koordinasinya,” ujarnya.
Disinggung mengenai objek wisata yang terpaksa gulung tikar karena ada pandemi, menurut Wawan, itu adalah sesuatu hal yang bersifat dinamis. Wawan menuturkan, dalam situasi pandemi Covid-19 ini memang memberikan imbas kepada semua sektor, bukan hanya pariwisata saja.
“Kami mencoba melakukan komunikasi dengan pelaku usaha wisata, PHRI, HPI, rata-rata mereka hanya merumahkan saja. Jadi diberikan pilihan kepada pegawainya apakah mau bekerja dengan gaji minim atau mau bekerja di tempat yang lain. Tapi rata-rata mereka bertahan. Mereka bisa bekerja lagi pada saat kondisi normal kembali. Jadi kebanyakan di rumahkan melihat situasi berkembang yang lebih baik,” tutur Wawan.
Sementara itu, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Asep Tantan mengatakan saat tahun 2019 itu semua kegiatan pariwisata ditutup total. Lalu pada tahun 2020, bisa dibuka tapi dengan sejumlah pembatasan. Katanya, selama dua tahun tersebut banyak pelaku usaha objek wisata yang mati suri dan banyak yang beralih profesi.
“Supaya bertahan ya alih profesi, jualan aset, punya saya hampir 50 persen dijual,” kata Asep.
Dikatakan Asep, penutupan pariwisata ini berdampak menyeluruh pada sejumlah sektor, dari mulai objek wisatanya itu sendiri, restoran, hotel dan UMKM juga turut terdampak.
“Kami tetap akan menuruti anjuran dari pemerintah, walaupun kami butuh sebanyak-banyaknya pengunjung atau wisatawan tapi kita akan mendukung program pemerintah dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19,” kata Asep.
Editor: denkur