Sementara, Australia sendiri banyak permintaan sapi bakalan dari negara lain, terutama dari Negara Cina sehingga harganya dinaikan.
DARA| BANDUNG- Menjelang bulan puasa, harga daging sapi di pasaran terus meroket. Bahkan Senin (12/4/2021), harganya melambung hingga Rp150.000/ kg, yang biasa dalam kondisi normal sekitar Rp105.000-Rp110.000/ kg.
Kepala Bidang Peternakan pada Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat (KBB) Asep Dini mensinyalir, salah satu pemicu naiknya harga daging sapi akibat dipengaruhi kenaikan harga sapi bakalannya.
Selama ini, Indonesia masih ketergantungan dengan impor sapi bakalan dari Australia. Indonesia, belum bisa memenuhi kebutuhan sapi bakalan untuk dilakukan penggemukan.
Sementara, Australia sendiri banyak permintaan sapi bakalan dari negara lain, terutama dari Negara Cina sehingga harganya dinaikan.
“Indonesia 70 persen itu (pengadaan sapi bakalan) masih impor dari Australia. Kalau harga sapi bakalannya naik, ya otomatis berpengaruh pada harga dagingnya juga,” ujarnya, Selasa (13/4/2021).
Ditegaskan Asep, faktor utama penyebab kenaikan harga sapi bakalan di Australia diakibatkan adanya program repopulasi, pemenuhan permintaan konsumsi dalam negeri, dan peningkatan permintaan dari negara lain. Terutama di tiga bulan terakhir di negara tersebut.
Kemudian permintaannya tinggi, terutama pada tiga bulan terakhir. Produsen di Australia sendiri kekurangan stok karena ada permintaan besar-besaran dari Cina tersebut.
Saat ini para importir sedang mengajukan impor daging wilayah Amerika Selatan, seperti Meksiko. Tentunya, bertujuan mendapatkan harga yang lebih murah. Namun belum mendapatkan perijinan.terkait wilayah bebas penyakit menular strategis, seperti mad cow atau sapi gila, antraks, brucellosis, dan lain-lain.
Ia juga menjelaskan, untuk memperoleh daging sapi kualitas bagus, bobot sapi bakalan dari Australia digemukan di Indonesia. “Bobot berat hidup sapi bakalan itu belum digemukan ya. Di Indonesia baru digemukan, ” jelasnya.
Bagi Bandung Barat sendiri, sumber daging sapi yang dijual di pasaran, dari sapi lokal maupun impor. Hanya saja porsi sapi lokal lebih kecil sehingga mempengaruhi harga daging.
Sapi lokal pedaging yang masuk ke Bandung Barat berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Bali, NTB dan NTT dengan porsi sekitar 60 %, sisanya 40 % dipenuhi dari sapi lokal tipe pedaging dan sapi tipe perah jantan dari dalam KBB.
Kepala Seksi Pembibitan Riyan Haskar Rayka Apriyanto menambahkan,
Dispernakan KBB untuk memenuhi kebutuhan pangan asal hewan, terutama daging antara lain melakukan program-program dari pusat maupun provinsi seperti, Upsus siwab (upaya khusus sapi indukan wajib bunting), Sikomandan (sapi kerbau komoditas andalan negeri), Kontes Ternak tingkat Jawa Barat, untuk mendapatkan ternak-ternak unggulan dan uji sexing staw dari BIB Lembang.
“Kita juga melakukan pengembangan bibit ternak unggul di UPTD pembibitan Celak, Gunung Halu dan distribusi bibit ternak unggul kepada kelompok tani ternak sapi potong melalui dana APBD maupun APBN,” pungkasnya.
Editor : Maji