“Mumpung kita masih hidup, kita berusaha untuk berbuat baik dan membiasakan diri membaca Al-Qur’an. Mengingat kita sebagai makhluk hidup, akan melewati proses kematian. Proses kematian itu awal dari menuju kehidupan di alam barzah,” kata Denni.
DARA – Sejumlah pohon berdiri tegak dengan dedaunan rindang dan hijau, yang selalu menghiasi suasana lingkungan pesantren di pinggiran di Kampung Walahir, Desa Loa, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung.
Pesantren yang didirikan Denni Hamdani, salah seorang penggiat lingkungan ini, letaknya jauh dari pusat keramaian kota. Diperkirakan ke pusat Kota Majalaya itu mencapai 10 km, lokasinya berada di kawasan perbukitan, tetapi cukup banyak permukiman masyarakat lokal.
Permukiman masyarakat itu dekat ke lokasi kawasan hutan, selain tempat bercocok tanam sayur mayur sebagai sumber pangan masyarakat sekitar. Sebagaimana diketahui, kawasan Kampung Walahir merupakan ada akses jalan yang menghubungkan Kampung Dano, Kabupaten Garut, yang jaraknya sekitar 7 km ke perbatasan kabupaten itu. Banyak di antara warga yang memanfaatkan akses jalan itu untuk aktivitas pertanian.
Kembali menengok aktivitas di pesantren Kampung Walahir. Pesantren itu memfasilitasi anak-anak pribumi untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan keagamaan, di antaranya membaca Al-Quran, Kitab Kuning, dan berharap anak-anak yang dibesarkan di pesantren itu dapat membentuk karakter anak yang tahfidz Al-Qur’an. Artinya, kelak anak-anak itu mampu membaca hafalan Al-Quran, sebagai generasi penerus bangsa.
“Mumpung kita masih hidup, kita berusaha untuk berbuat baik dan membiasakan diri membaca Al-Qur’an. Mengingat kita sebagai makhluk hidup, akan melewati proses kematian. Proses kematian itu awal dari menuju kehidupan di alam barzah,” kata Denni, Minggu (15/5/2022).
Kehadiran Denni di antara anak-anak yang memperdalam ilmu agama Islam itu, tentunya membawa rasa haru dan bahagia bagi anak-anak, khususnya para orang tua yang ada di lingkungan pesantren.
Mengingat dalam beberapa tahun sebelumnya, Denni mendirikan pesantren itu setelah sebelumnya melakukan jabat erat silaturahmi dengan beberapa pihak.
“Mendirikan pesantren ini tak seorang diri, melainkan ada keterlibatan orang lain. Kita sebagai makhluk sosial, tentunya menjalin komunikasi dengan teman-teman atau rekan lainnya yang sama-sama memiliki kepedulian itu sangat penting,” ungkapnya.
Untuk melengkapi sarana pesantren itu, kata Denni, pihaknya pun mendirikan masjid untuk sarana ibadah para santri maupun ustadz/ustadzah. Pada hari Minggu ini, Denni pun dengan candaannya, ia menyebut dirinya sebagai Jamesbon, tapi bukan aktor dalam film laga yang menghiasi layar kaca.
“Jamesbon di sini, jaga mesjid dan kebon. Kebetulan di sekitar masjid dan pesantren, ada hamparan kebun, yang ditumbuhi berbagai tanaman. Dari hasil bumi itu, untuk dimanfaatkan dan kebutuhan warga pesantren. Untuk itu, menjaga alam sangat penting, untuk kelangsungan hidup kita bersama. Bahkan ada sebutan, jaga alam, alam jaga kita,” ungkapnya.
Denni pun menyebutkan, di lingkungan pesantren itu dilengkapi kobong untuk menginap para santri dan juga TBM (Taman Bacaan Masyarakat).
“TBM itu tak hanya berisi buku agama, tapi juga literasi ilmiah populer dan teknologi tepat guna,” ujarnya.
Editor: Maji| Wartawan: Trinata