Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno dijadwalkan mengunjungi Lombok Nusa Tenggara Timur (NTB) ke tiga desa wisata, tanggal 3 hingga 5 November 2021.
DARA – tiga desa wisata itu masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yaitu Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah, Desa Wisata Sesaot Lombok Barat, dan Desa Wisata Senaru di Lombok Utara.
Namun, Desa Wisata Tetebatu yang dinominasikan dalam Best World Tourism UNWTO, kabarnya tidak termasuk tempat yang akan dikunjungi Menparekraf. Kontan saja, informasi ini mengecewakan sejumlah pihak lantaran Desa Wisata Tetebatu dianggap dilewatkan, padahal jaraknya berdekatan dengan lokasi kunjungan yang lainnya.
“Kecewa karena Bapak Menteri kan yang menginisiasi Tetebatu itu bisa masuk di UNWTO. Terus yang bikin kecewa juga, kok kunjungannya menuju tiga destinasi ADWI itu, kenapa bukan Tetebatu sebagai nomimasi untuk UNWTO ini,” kata Ketua Badan Pengelola Desa Wisata Tetebatu, Mariani Rusli, Selasa (2/11/2021).
Tetebatu, menurut wanita yang akrab disapa Ani ini, layak dikunjungi lantaran selain indah, desa wisata ini sjuga merupakan wakil Indonesia di ajang internasional. Kehadiran Menparekraf dapat memberi saran dan menambah semangat bagi warga ataupun pegiat pariwisata lainnya untuk lebih memperindah dan melestarikan desanya.
“Ini desa wisata tingkat internasional, nggak main main kan. Seharusnya kalo menurut saya cobalah kunjungan Tetebatu. Gimana sih Tetebatu kesiapannya untuk mengikuti lomba. Apakah mereka benar-benar siap atau gimana, trus apanya yang kurang?. Dia (Menparekraf) mengunjungi Labuhan Haji, trus Tetebatu dilewati? kenapa ga sekalian aja berkunjung ke Tetebatu?,” kata Ani.
Lebih lanjut, Ani menyoroti ketidakadilan dalam bantuan promosi melalui media sosial milik Kemenparekraf. Diketahui Tetebatu baru sekali diposting di akun media sosial Kemenparekraf dan itupun bersama-sama dengan 2 desa wisata lainnya yang juga menjadi wakil Indonesia di UNWTO.
“Saya juga sempat di IG nya Kemenparekraf itu, karena berapa kali saya cek, kenapa kalo Nglanggeran atau destinasi yang dua itu, sering di posting sama Kemenparekraf, sedangkan Tetebatu itu kok nggak ada, cuma baru sekali dimunculkan. Nggak kayak desa-desa wisata yang lain-lainnya terus gencar diposting oleh Kemenparekraf,” ujar Ani.
Pernyataan serupa juga disampaikan Izzul Khairi, anggota Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Timur dari unsur media. Pria yang telah berprofesi sebagai wartawan selama 32 tahun ini, tidak memahami mengapa Menparekraf tidak menjadikan Tetebatu sebagai salah satu daerah yang dikunjungi dalam Kunkernya.
“Saya belum faham mengapa Tetebatu tidak menjadi salah satu tujuan kunker Mas Menteri tersebut. Kami anggota BPPD telah jungkir balik mempersiapkan Tetebatu dalam ajang lomba UNWTO tersebut dengan 9 kriteria persyaratan yang diminta UNWTO dan Mas SSU (Sandiaga Salahudin Uno) pun telah mensupport melalui kementeriannya,” katanya.
Izzul Khairi menegaskan bahwa dirinya dan sejumlah wartawan lainnya ingin tahu argumen SSU mengapa Ia memilih Labuhan Haji untuk dikunjungi, bukannya memilih Desa Tetebatu. Padahal kunjungan SSU ke Lombok untuk bertemu dengan asosiasi desa wisata Indonesia (ADWI) di Lombok Tengah dan serterusnya. Tetapi giliran ke Lombok Timur malah Ia pergi ke desa Labuhan Haji untuk memantau vaksinasi.
“Kalau urusannya sekadar memantau vaksinasi di Labuhan Haji, maka kami pun dapat berkoordinasi dengan stakeholder lainnya untuk melaksanakan vaksinasi di Tetebatu, dengan alasan Tetebatu telah dikirim oleh Mas SSU ke ajang UNWTO,” ujarnya.***
Editor: denkur