Laboratorium ini menjadi lab percontohan bagi institusi lain dalam pengembangan energi bersih kedepan.
DARA – PT PLN (Persero) melalui Institut Teknologi (IT) PLN meresmikan laboratorium gasifikasi biomassa dan sampah pertama di Indonesia. Fasilitas ini akan menjadi ruang uji coba rekayasa dan inovasi teknologi untuk memproduksi listrik dari pengelolaan limbah.
Dalam waktu dekat PLN juga akan turut serta dalam agenda global yaitu Conference of the Parties (COP) atau Pertemuan Para Pihak ke-26 di Glasgow, Skotlandia, Inggris Raya. COP adalah forum tingkat tinggi tahunan bagi 197 negara untuk membicarakan perubahan iklim dan bagaimana negara-negara di dunia berencana untuk menanggulanginya.
Peresmian ini merupakan salah satu bentuk komitmen PLN dalam mendukung agenda tersebut dengan mengembangkan energi bersih di sektor kelistrikan.
Direktur Mega Proyek dan EBT PLN Wiluyo Kusdwiharto menjelaskan, salah satu langkah strategis PLN dalam mengurangi emisi karbon adalah melalui program co-firing yaitu mencampur batu bara dengan biomassa untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Hingga Oktober 2021, terdapat 25 PLTU yang telah menjalankan program co-firing. Selanjutnya, sampai dengan tahun 2023 ditargetkan sebanyak 52 PLTU yang akan memakai teknologi co-firing.
Wiluyo mengakui, implementasi co-firing PLTU menghadapi tantangan, yaitu pasokan bahan baku biomassa yang masih belum stabil dan tantangan harga keekonomian dari biomassa. Kondisi ini tercermin dari realisasi serapan biomassa yang baru 195 ribu ton di September 2021 dari target 570 ribu ton pada akhir tahun nanti.
“Sebab ternyata biomassa dari tanaman energi harus diproses dahulu menjadi woodchip atau serbuk kayu. Untuk bisa mengubahnya perlu investasi pembangunan plant pabrikasi biomassa. Setelah dihitung, angka keekonomiannya di atas harga acuan batu bara,” jelas Wiluyo.
Wiluyo berharap kehadiran Laboratorium Gasifikasi Biomassa dan Sampah yang dimiliki Institut Teknologi PLN dapat menjawab tantangan tersebut. Melalui beragam inovasi teknologi yang bisa digunakan agar program co-firing tetap bisa berjalan dengan tingkat keekonomian yang terjangkau.
“Kami berharap dengan adanya Laboratorium ini maka bisa menjadi ruang kreatifitas dan ruang inovasi bagi IT PLN. Harapannya melalui uji coba maupun rekayasa laboratorium bisa menghasilkan teknologi yang lebih efisien,” ujar Wiluyo.
Rektor Institut Teknologi PLN Iwa Garniwa menjelaskan, hadirnya laboratorium ini memang untuk menjawab tantangan PLN dalam pengembangan EBT ke depan. Terutama dalam sisi biomassa, kata Iwa, ada banyak inovasi yang bisa diuji coba sehingga mendapatkan formula yang efisien dan efektif dalam implementasi co-firing.
“Kami melihat teknologi co-firing ini mengolah material padat menjadi energi melalui proses gasifikasi. Kami melakukan beberapa percobaan, baik dari sampah maupun biomassa. Kami mencoba kolaborasi dengan banyak pihak termasuk industri komponen pendukung agar bisa mengkaji formula dan inovasi yang tepat untuk teknik co-firing ini,” ujar Iwa.
Iwa juga menjelaskan, laboratorium ini yang pertama ada di Indonesia. Selama ini belum ada laboratorium yang spesifik memiliki instrumen untuk pengembangan biomassa dan sampah.
“Barangkali ini merupakan lab pertama di Indonesia yang khusus sebagai ruang uji coba inovasi dalam bidang biomassa dan sampah. Laboratorium ini bisa menjadi percontohan dan kami membuka ruang terbuka untuk bekerja sama,” ujar Iwa.***
Editor: denkur