ADA hal baru dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI yang digelar Pemkab Bandung, Jawa Barat tahun ini. Pertama, Bupati Bandung bersama sejumlah pejabat di wilayah daerah berkostum wayang aneka karakter.
Kedua, ada sekelompok peserta karnaval berkostum desain kontemporer, juga berbagai karakter. Yang paling menarik penonton, adalah peragaan desain kostum merak.
Melihat defile kelompok yang menampilkan busana kreasi warga Kabupaten Bandung ini, mengingatkan kita ke Festival Jember atau Rio de Janeiro, Brasil. Sejumlah penonton pun dibuatnya berdecak kagum. Terlebih yang menampilkan kostum tersebut para mojang Bandung.
Desain kostum atau busana burung merak dan karakter lainnya, dinilai penonton sebagai karya busana inovatif. Bahkan, mempunyai nilai jual tinggi.
Ika, seorang penonton warga kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung mengaku begitu terpukau saat para mojang Bandung itu lewat, berjalan menampilkan busana “aneh” itu. “Saya benar-benar menyukainya. Ini karya inovatif dalam pesta agustusan tahun ini di Kabupaten Bandung,” ujarnya, yang berdesakan bersama penonton lain di Jalan Alfathu, Minggu (18/82018) siang itu.
Dia yakin, kreasi busana itutersebut akan banyak diminati daerah lain. “Kemungkinan akan menjadi motivasi bagi desainer lain dalam karyanya.”
Saking kagumnya, ia bahkan berani membandingkan iring-iringan mobil hias dari sejumlah instansi Pemkot Bandung dengan “peragaan” busana yang dibawakan para mojang itu. Dari tahun ke tahun parade mobil hias, katanya, masih begitu-begitu saja.
“Saya lebih tertarik dengan desain pakaian yang dikenakan tadi. Selain indah juga ekslusif,” ujarnya.
Tak kalah terpukau oleh Ika, penonton lain, Nani, juga menilai desain busana itu sangat menarik perhatiannya.
Warga KecamatanIa Katapang, Kabupaten Bandung ini mengacungkan jempol atau kepada desainernya. “Ternyata warga Kabupaten Bandung itu kreatif dan inovatif. Mampu menciptakan sesuatu yang bernilai ekonomis tinggi,” ujarnya.
Sama juga dengan Ika, Nani menilai parade mobil dinas yang berhiaskan ciri khas masing, biasa-biasa saja. “Gak ada yang baru, ya. Tidak ada yang menarik.”***
Wartawan: Fattah | Editor: Ayi Kusmawan