Dari 911.192 hektar lahan kritis di Jawa Barat 714.959 hektar diantaranya lahan pribadi atau di luar kawasan hutan. Sedangkan 196.233 hektar lahan kritis lainnya berada di dalam kawasan hutan.
DARA – Pemerintah Daerah Provinsi Jabar terus mendorong masyarakat dengan berbagai pendekatan agar melakukan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). Jika lahan kritis dibiarkan, maka berpotensi menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Kepala Dinas Kehutanan Jabar Epi Kustiawan mengatakan, penanaman pohon di lahan kritis perlu dilakukan secara gotong royong. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Butuh kolaborasi dengan berbagai pihak.
“714 ribu hektare dari 911 ribu hektare lahan kritis itu ada di luar kawasan, makanya pendekatan terus kami lakukan karena suatu permasalahan itu efektif dituntaskan dengan cara gotong royong atau kolaborasi,” kata Epi usah menjadi pembicara dalam JAPRI (Jabar Punya Informasi) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (12/11/2021).
Epi menuturkan, lokasi lahan kritis di Jabar kini sudah dapat diketahui lewat aplikasi Si Mantri Bibit (Sistem Informasi Pemantauan Kontribusi Bibit), sehingga memudahkan masyarakat yang ingin berkontribusi untuk menanam bibit pohon.
“Si Mantri Bibit mengetahui di mana saja lahan kritis masyarakat berada, bahkan bisa tahu berapa bibit dan jenis pohon baru yang sudah tertanam karena mereka menanam sudah pakai koordinat, jadi setiap hari ada update-nya dan kita bisa kontrol,” tuturnya.
Kabar baiknya, dari target 50 juta penanaman bibit pohon akhir Desember 2021 nanti, per hari ini sudah tertanam sebanyak 40.645.000 bibit pohon. Seperti diketahui, Gubernur Jabar Ridwan Kamil sudah mencanangkan gerakan tanam dan pelihara 50 juta pohon di lahan kritis pada Mei 2020 lalu.
“Per 11 November 2021 sudah 40.645.000 pohon tertanam di lahan kritis dari target 50 juta dan ini dapat diketahui lokasi dan jenis pohonnya diaplikasi,” kata Epi.
Ia mengatakan, 40 juta lebih pohon baru tersebut sudah tertanam di 100 ribu hektare lahan kritis di Jabar. Menurut Epi, satu hektare lahan dapat ditanam sebanyak 400 pohon.
“Luas satu hektare itu bisa ditanam 400 pohon, maka kalau 40 juta pohon sudah tertanam berarti itu sudah ada 100 ribu hektare lahan kritis,” ucapnya.
Sekarang masyarakat dan seluruh pihak tinggal memelihara dan mengawasi pohon yang sudah ditaman tersebut hingga berfungsi menyerap air agar bisa mencegah banjir dan longsor.
“Untuk mengawasi 40 juta lebih pohon itu kalau oleh kita sendiri berat, tapi kan masyarakat punya kesadaran masa menanam di lahan sendiri tidak dipelihara,” kata Epi.***
Editor: denkur