Jadi Pengungsi di Papua, Kokom Cemas Tunggu Kepulangan Suami

Selasa, 8 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kokom Komariah (25), warga Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut menanti kepulangan suaminya yang menjadi pengungsi di Papua. Foto: dara.co.id/Beni

Kokom Komariah (25), warga Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut menanti kepulangan suaminya yang menjadi pengungsi di Papua. Foto: dara.co.id/Beni

Tertarik oleh pendapatan yang lebih tinggi di perantauan, Sarif lebih memilih mencari nafkah di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Dua tahun ia berada di sana. Kini sang istri dan dilanda kecemasan setelah mendengar Wamena rusuh.


 

CEMAS dan gelisah dirasakan Kokom Komariah (25) saat ini. Perasaannya tak menentu menanti kepulangan suaminya dari Papua.

Apalagi suaminya, Sarif (30), bekerja di Wamena. Kabar kerusuhan di Wamena pun sudah didengar oleh Kokom. Suaminya juga memberi kabar saat kerusuhan pertama kali pecah.

“Katanya di Wamena lagi rusuh. Sampai harus ngungsi ke Kodim Wamena. Padahal suami saya mau kerja sebelum rusuh itu,” ujar Kokom ditemui di rumahnya, Selasa (8/10/2019).

Kokom menyebut, suaminya sudah dua tahun merantau ke Papua bersama kakak dan adik kandungnya, Dede Supriatna (33), dan Sambas (20). Meski saat ini keluarganya telah mengungsi ke Jayapura, kekhawatiran masih menghantui Kokom.

Ia belum bisa tenang sebelum bertemu dan berkumpul kembali di rumah. Hari ini, kabarnya Sarif dan sejumlah warga Kabupaten Garut, Jawa Barat akan dipulangkan dari Papua.

“Informasinya hari ini mau pulang. Cuma belum pasti juga. Mudah-mudahan saja benar hari ini pulang,” katanya.

Terakhir kali suaminya pulang sekitar bulan Juni. Setelah hari raya Idul Fitri, suaminya kembali berangkat ke Papua.

Usaha yang lebih menjanjikan membuat suaminya memilih pergi ke Papua. “Kerja pasang wallpaper  di sana. Suka keliling juga cari yang mau pasang. Kalau ribut antar warga katanya sudah biasa. Tapi ini kan rusuhnya malah ke pendatang,” ucapnya.

Kokom yang tengah hamil anak kedua hanya berharap suaminya bisa segera pulang. Ia juga bakal melarang suami dan keluarganya yang lain untuk berangkat ke Papua.

“Mending usaha di sini saja. Daripada balik lagi ke sana, bahaya. Apalagi saya lagi hamil lima bulan,” katanya.***

Wartawan: Beni | Editor: Ayi Kusmawan

Berita Terkait

Banjir Bandang Sungai Cipager Cirebon, DBMPR Jabar Tetapkan Tanggap Darurat
Sekilas Mengenal Golok Cisaat Sukabumi
Bhakti Sosial, Polres Sukabumi Gelar Operasi Katarak Gratis
Penambang Ilegal di Subang Bandel, Pj. Bupati Gandeng Sekda Jabar Tinjau Lokasi
Seorang Perempuan Tewas di Pematang Sawah, Mulutnya Berdarah, Celana Korban Robek
BIJB Siap Layani Jamaah Haji Jabar tahun 2025, Dedi Taufik : Kuantitas Ditambah
Pengurusan PBG Kurang dari 3 Jam Diterapkan di 27 Kabupaten/Kota se-Jawa Barat
Dinilai Peduli Lingkungan, Sejumlah Perusahaan di Jabar Terima Sertifikat Biru
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 19 Januari 2025 - 21:52 WIB

Banjir Bandang Sungai Cipager Cirebon, DBMPR Jabar Tetapkan Tanggap Darurat

Sabtu, 18 Januari 2025 - 22:40 WIB

Sekilas Mengenal Golok Cisaat Sukabumi

Sabtu, 18 Januari 2025 - 22:23 WIB

Bhakti Sosial, Polres Sukabumi Gelar Operasi Katarak Gratis

Sabtu, 18 Januari 2025 - 12:24 WIB

Penambang Ilegal di Subang Bandel, Pj. Bupati Gandeng Sekda Jabar Tinjau Lokasi

Sabtu, 18 Januari 2025 - 11:30 WIB

Seorang Perempuan Tewas di Pematang Sawah, Mulutnya Berdarah, Celana Korban Robek

Berita Terbaru