Perkembangan teknologi mendorong dinamika industri 4.0 yang pada akhirnya meningkatkan kebutuhan akan talenta-talenta muda lulusan bidang STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics).
DARA | Hanya saja, dari data terakhir yang dirilis Persatuan Insinyur Indonesia ditemukan Indonesia memiliki rasio rendah dalam dunia industri, yaitu di angka 5 insinyur per 1.000 orang.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa juga mengungkapkan bahwa Indonesia harus berada di angka 20, yang menjadi rata rata dunia.
Menjawab tantangan ini, Sampoerna University menghadirkan program akademik yang dirancang untuk mengatasi kesenjangan bakat di Indonesia serta selaras dengan permintaan industri serta kebutuhan pasar SDM.
Dengan kurikulum kelas dunia, Sampoerna University dapat menghasilkan kualitas insinyur yang setara dengan lulusan dari Amerika atau dari universitas internasional lainnya.
Dr Marshall Schott, President of Sampoerna University, mengatakan, bagi Sampoerna University, fokus utama lebih dari sekadar jumlah alumnus per tahun, tapi lebih kepada kualitas lulusan.
“Salah satunya kami wujudkan melalui program General Education yang menjadi standar pendidikan umum di Amerika, dimana selama dua tahun pertama, mahasiswa kami akan belajar pembelajaran interdisipliner, mulai dari Komunikasi, Humaniora, Sosial dan Perilaku Sains, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Matematika,” ujar Dr Marshall.
“Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat mengembangkan kompetensi utama seperti kemampuan beradaptasi, kolaborasi, kreativitas, dan keterampilan komunikasi, yang tentunya sangat bermanfaat saat berkarier atau bekerja pada masa depan,” imbuhnya dalam rilis, Sabtu (12/8/2023).
Selain itu, Sampoerna University juga menawarkan program kemitraan bersama University of Arizona, berupa transfer kredit yang memberi manfaat besar bagi mahasiswa Sampoerna University untuk mendapatkan gelar S1 dan bachelor dengan durasi masa kuliah yang bersamaan.
University of Arizona sendiri adalah salah satu institusi pendidikan tinggi negeri terbaik di Amerika Serikat dan
dikenal sebagai universitas riset.
Hal ini juga dirasakan langsung oleh Muhammad Hanif, pemenang Bright Future Competition yang berkunjung ke Fakultas Teknik University of Arizona yang berlokasi di kota Tucson.
“Yang paling saya sukai dari universitas ini adalah tujuan projek risetnya jelas dan akan bermanfaat untuk
masyarakat umum. Maksud saya, kebanyakan di tempat lain, penelitian mahasiswanya dibiarkan dan tidak ditindak lanjuti. Sedangkan University of Arizona sudah mampu untuk memproduksi dan bahkan memperbaiki (upgrade) mesin untuk skala industri yang modern. Misalnya, ada salah satu projek yang sedang dikerjakan mahasiswa di sana adalah membuat mesin printer 3 dimensi jadi lebih berkualitas dan efisien, bahkan bisa mencetak komponen berbahan dasar besi,” tuturnya.
Tentunya, sebagai satu-satunya universitas yang menawarkan pendidikan tinggi Amerika di Indonesia, Sampoerna University juga menghadirkan kualitas pembelajaran yang setara dengan University of Arizona. Mulai dari tim pengajar kredibel, juga fasilitas perkuliahan, seperti laboratorium yang mumpuni dan terverifikasi standar Amerika.
“Harapan kami, sistem pembelajaran dan kurikulum unik yang ditawarkan Sampoerna University dapat mendukung lahirnya calon-calon insinyur Indonesia berkelas dunia, yang pada masa mendatang akan membawa manfaat lebih besar bagi masyarakat dan negara ini,” kata Marshall.
Editor: denkur