Sandy menuturkan rombongan cabor pencak silat Jawa Barat baru kemarin pulang dari Papua dan saat ini tengah menjalani karantina selama lima hari kedepan di salah satu hotel di Kota Bandung.
DARA – Jawa Barat berhasil menjadi juara umum cabang olahraga (cabor) pencak silat pada perhelatan PON XX Papua 2021 setelah mendapat 14 medali diantaranya 6 medali emas, 5 medali perak dan 3 medali perunggu.
Salah satu pelatih Pelatda cabor pencak silat Jabar, Sandy Khardani Permana mengungkapkan, seluruh atlet pencak silat Jawa Barat yang diberangkatkan ke Papua adalah sebanyak 21 orang yang mengikuti 19 kelas/kategori. Namun ada 3 orang atlet yang gugur dengan alasan teknis.
Dari para peraih medali tersebut, dua diantaranya merupakan atlet pencak silat binaan Kabupaten Bandung yaitu Oki Oktavian dan Zaen Nurdin yang memenangkan medali perunggu pada kategori Ganda Putra Seni. Sementara, Hanifan, sang peraih medali emas yang berdomisili di Soreang, Kabupaten Bandung, merupakan atlet pencak silat binaan Kota Bandung.
Sandy menuturkan rombongan cabor pencak silat Jawa Barat baru kemarin pulang dari Papua dan saat ini tengah menjalani karantina selama lima hari kedepan di salah satu hotel di Kota Bandung. Namun demikian, ia belum mengetahui apakah akan ada penyambutan dari pemerintah daerah atau tidak seusai karantina.
“Kemarin sih waktu kedatangan, sudah ada penyambutan dari IPSI Kabupaten Bandung, tapi kalau dari pemerintah daerah (khususnya Kabupaten Bandung) nggak tahu bakal ada penyambutan atau tidak,” kata Sandy melalui sambungan telepon, Jum’at (15/10/2021).
Terkait bonus yang mungkin diperoleh oleh atlet peraih medali, Sandy mengatakan pihaknya baru mendengar informasinya saja, tetapi belum mengetahui nominal yang akan diberikan.
“Unfuk saat ini yang sampai ke atlet dan pelatih belum ada kabar secara resmi nomimal untuk bonus, baik dari Pemprov Jabar ataupun pemerintah daerah masing-masing, tapi kalau kabar dari media sosial sudah ada. Biasanya masing-masing daerah tergantung dari kebijakan pemdanya sendiri,” jelasnya.
Setelah pelaksanaan PON XX Papua 2021, target para atlet selanjutnya adalah pelaksanaan PORDA 2022 dan PON XXl Sumut 2024, sehingga kedepannya pembinaan para atlet akan terus digenjot. Menurutnya, untuk bisa bertanding dalam satu event olahraga, dibutuhkan latihan secara estafet dengan waktu yang tidak sebentar.
Seperti untuk persiapan PON XX Papua 2021, Sandy mengatakan atletnya melaksanakan latihan estafet selama dua tahun. Dimana dalam waktu dua tahun tersebut atlet masuk kedalam karantina Pelatda, disana mereka melakukan latihan dan pematangan.
“Selama dua tahun itu ada beberapa tahapan program pematangan yaitu tahap persiapan umum, tahap persiapan khusus dan tahap pertandingan. Dari hasil pertandingan PON XX Papua akan dijadikan dasar untuk latihan-latihan lagi selanjutnya menghadapi event lainnya kedepan,” papar Sandy.
Disinggung terkait perhatian dari pemerintah daerah terhadap pembinaan atlet, Sandy yang berdomisili di Kabupaten Bandung mengatakan secara keseluruhan bisa dikatakan pemerintah daerah khususnya di Kabupaten Bandung secara signifikan sudah memberikan perhatian melalui KONI, terutama kepada para atlet binaannya, selama dua tahun dinkarantina Pelatda, setiap bulannya para atlet mendapat insentif, kecuali pada saat keberangkatan ke Papua memang tidak ada pendampingan khusus dari pemerintah daerah.
“Namun, untuk cabor pencak silat sendiri kemarin sudah ada bentuk perhatian, kita tidak berbicara nominal karena besar kecilnya itu relatif, yang jelas dengan perhatiannya saja, kami sudah bersyukur dan berterimakasih,” katanya.
Hanya saja, Sandy mengatakan meski kita sudah memiliki target-target kedepan, yang terpentingnya adalah pembinaan regenerasi karena ada batasa usia atlet yang bisa bertanding pada suatu event nasional.
Ia mengakui khusus cabor pencak silat, banyak sekali potensi bibit atlet di daerah terutama di Kabupaten Bandung karena banyak sekali perguruan pencak silat yang tersebar hampir di seluruh wilayah. Sehingga sesungguhnya tidak sulit untuk menemukan atlet pencak silat, semua kembali kepada pembinaannya.
“Di Kabupaten Bandung ini sangat potensial, banyak bibit atlet bahkan dari mulai pelajar sampai semua lapisan yang ada diperguruan-perguruan. Jadi pada intinya, setelah ada bibit, yang harus difikirkan itu bagaimana membuat program pembinaan, artinya SDM ini harus dibina untuk beberapa tahun yang akan datang, itu yang penting, karena memang untuk membentuk suatu atlet itu tidak mudah, membutuhkan waktu yang lama dan tidak lepas dari kebutuhan logistik dan operasionalnya,” pungkasnya.
Editor : Maji