JUMAT BAROKAH: Belajar dari Kisah Nabi Yunus

Jumat, 11 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: net/inilah.com

Ilustrasi: net/inilah.com

Sebagian umur Nabi Yunus justru dihabiskan di dalam perut ikan yang menelannya di tengah samudera. Simak Kisah lengkapnya 

 

 

Kun fayakun. Jika Allah berkehendak, maka terjadilah. Inilah kuasa Allah. Peristiwa langka yang bisa jadi tak akan terulang kedua kalinya.

Ada manusia yang ditelan ikan raksasa. Masuk dalam keadaan hidup dan keluar juga dalam keadaan yang sama. Ia tetap hidup meski berada di dalam perut ikan tersebut. Inilah kisah ajaib Dzun Nun, nama lain dari Nabi Yunus bin Matta (semoga salam dan keselamatan selalu tercurah untuk beliau).

Iya, tak ada yang menyangka. Sebagian umur Nabi Yunus justru dihabiskan di dalam perut ikan yang menelannya di tengah samudera. Dalam riwayat, ada yang menyebut ia berdiam selama tiga hari. Ada yang bilang 40 hari. Ada juga yang berkata, Nabi Yunus ditelan di pagi hari dan dimuntahkan di petang hari.

Secara ilmu pengetahuan dan logika manusia, bisa apa orang itu di tengah suasana pekat yang berlipat-lipat? Mulai dari gelapnya dasar samudera, gelapnya “kamar” di perut ikan, hingga gelapnya malam yang ikut mendera.

Namun demikian teladan dari manusia pilihan yang diutus ke kaum Asyiria di Ninawa, Irak. Bagi Nabi Yunus, selalu ada cahaya terang yang benderang. Selalu ada sinar yang berbinar. Selalu ada harapan yang mapan.

Bahwa ilmu yang dimilikinya bukan hanya mengantarnya sebagai orang yang pandai di tengah kaumnya. Tapi juga melahirkan keyakinan yang utuh kepada Allah. Semakin dia mengenal Allah kian luruh pula hatinya untuk bersujud dan bermunajat hanya kepada-Nya.
Dengan bimbingan Zat Yang Maha Mendengar, Nabi Yunus lalu tak henti merintih. Lirih. La Ilaha illa Anta. Subhanaka inniy kuntu min azh-zhalimin (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk di antara orang-orang yang berbuat aniaya). Apa-apa yang dimilikinya seketika lebur dalam deburan ombak di tengah samudera. Tak ada yang bisa dibanggakan kecuali hanya memuji dan bertasbih kepada Allah.

Amazing! The power of hope. Munajat dari dasar samudera di dalam perut ikan itu ternyata mampu menggetarkan lapisan langit yang bersusun-susun. Ternyata, harapan itu benar-benar ada. Atas kehendak Sang Pencipta, Nabi Yunus didamparkan kembali ke daratan. Dia kembali muncul di tempatnya bertugas dulu. Melanjutkan misi dakwahnya, mengajak penduduk Ninawa menegakkan tauhid, menyembah hanya kepada Allah semata.

Hal yang sama diperagakan dalam kisah hijrah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Usaha-usaha yang diikhtiarkan dan berbagai strategi yang diupayakan tak lantas menyilaukan Rasulullah. Bahkan dengan jaminannya sebagai manusia terbaik yang bergaransi untuk selalu mendapat bantuan dan pertolongan sekalipun. Nabi tetap saja memilih khusyuk berdoa memohon pertolongan kepada Allah.

Beliau sadar, semua manusia boleh menggelar agenda dan program yang dikehendakkan, tapi sebaik-baik makar ialah yang direncanakan oleh Allah.
Inilah yang membedakan antara ilmu yang memberi harapan dan manfaat dengan ilmu yang menjadikan manusia lalai untuk mengingat Allah. Faktanya, tak sedikit orang yang tertipu dengan ilusi fatamorgana dari sekelilingnya. Seolah dengan kecerdasan ilmu dan kehebatan akalnya, dengan mudah ia bisa meraih segala yang dimimpikannya. Seolah karena mampu dan berkuasa, maka ia tak perlu menengadahkan tangan dan membungkukkan badan di hadapan-Nya.

Hikmah berikutnya, jika kondisi kritis tersebut di atas masih saja menyelip harapan. Lalu mengapa kita kadang tak serius dalam berusaha untuk satu kebaikan? Mengapa kita masih sering ngambek hingga malas-malasan berdoa? Hanya gara-gara sekali waktu pernah terbentur dengan kerikil kecil dalam hidup. Atau hanya gara-gara merasa pintar dengan gelar ilmu yang dipunyai.***

Editor: denkur

Artikel ini diambil seutuhnya dari Hidayatullah.com, Jumah (11/10/2019)

Berita Terkait

Kala Menteri Kebudayaan Fadli Zon Mampir di Kantor PWI
Konser Dua Lipa Dibatalkan, Kemenpar Dorong Promotor Musik Optimalkan Persiapan Keamanan
DPD RI Apresiasi “Pahlawan Seni Budaya” Tim Muhibah Angklung
Swiss-Belinn Kemayoran Sambut Tahun Baru 2025 dengan The Colorful Party
Tips Packing Cerdas untuk Musim Dingin: Esensial Liburan yang Wajib Dibawa
bank bjb Manjakan Penikmat Jazz Di The Papandayan Jazz Fest 2024
Pemkab Subang Gelar Sisingaan Terpanjang di Dunia Raih Rekor Muri
NOMINATOR FFI 2024 “Koes Plus Bom Grupo Musica”
Berita ini 9 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 13 November 2024 - 09:34 WIB

Kala Menteri Kebudayaan Fadli Zon Mampir di Kantor PWI

Senin, 11 November 2024 - 16:58 WIB

Konser Dua Lipa Dibatalkan, Kemenpar Dorong Promotor Musik Optimalkan Persiapan Keamanan

Senin, 11 November 2024 - 12:27 WIB

DPD RI Apresiasi “Pahlawan Seni Budaya” Tim Muhibah Angklung

Kamis, 31 Oktober 2024 - 16:51 WIB

Swiss-Belinn Kemayoran Sambut Tahun Baru 2025 dengan The Colorful Party

Selasa, 29 Oktober 2024 - 19:08 WIB

Tips Packing Cerdas untuk Musim Dingin: Esensial Liburan yang Wajib Dibawa

Berita Terbaru