JUMAT BAROKAH: Jangan Biarkan Anak Lebih Asyik Main Ponsel

Jumat, 4 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: viva.co.id

Ilustrasi: viva.co.id

Fenomena masa kini. Orangtua nyaris tak menggubris ketika anaknya lebih asyik main ponsel ketimbang ngaji. Simak artikel ini


ADA hal menarik yang disampaikan oleh Ustadz Bendri Jaisyurrahman ketika menjadi Khathib Jum’ah di AQL Islamic Centre (13/09/2019).

Salah satunya, beliau menukil perkataan Imam Ibnu Qayyim yang bahasa Arabnya demikian:

وكم ممّن أشقى ولده وفلذة كبده في الدنيا والآخرة بإهماله وترك تأديبه، وإعانته له على شهواته

Artinya: “Betapa banya orang tua yang menyengsarakan anak serta buah hatinya di dunia dan akhirat dengan cara menelantarkan, tak mendidik serta membantu anak melampiaskan hawa nafsunya. (Bisa dibaca dalam buku “Al-Majmuu’ al-Qayyim min Kalaam Ibni Qayyim” Jilid I, 2005: 569)

Pada poin “membantu anak melampiaskan hawa nafsunya”, beliau mengaitkan dengan para orang tua (ibu dan ayah) pada zaman gadget & digital yang begitu melimpah, kadang-kadang kurang sabar dalam mendidik anak, sehingga memberikan keleluasaan bagi anak bermain gadget.

Kebutuhan dasar anak kecil salah satunya adalah hiburan, orang tua yang tak bersabar, tidak mau susah atau repot, biasanya langsung memberi HP kepada anak yang merengek agar diam.

Hal ini kelihatannya sederhana. Tapi dampaknya bisa luar biasa negatif. Dulu sebelum ada gadget, tempat hiburan anak adalah orang tuanya. Ketika anak rewel, yang menghibur adalah orang tuanya dengan berbagai cara. Sehingga menimbulkan kesan mendalam bagi sang anak.

Kalau anak dibiasakan diberi video HP ketika merengek (entah itu U*N I*N dan lain sebagainya), nanti ketika ada masalah yang dicari bukanlah orang tua, tapi HP-nya.

Ada kasus yang diceritakan Ustadz Bendri terkait hal ini. Suatu ketika ada anak yang dipondokkan orang tua. Kebiasaan anak ini sebelum mondok adalah main HP.

Kebetulan, anaknya mau. Di pondok ada peraturan hanya boleh dikunjungi setiap 6 bulan sekali. Setelah 6 bulan berlalu, berkunjunglah orang tua ke pondok anaknya.

Alangkah kagetnya, orang tua tersebut saat sampai pesantren. Keduanya hanya disikapi dengan cium tangan dan sambutan dingin. Yang ditanya justru adalah HP-nya yang selama enam bulan tidak diakses.

Betapa hancurnya hati orang tua jika mengalami hal tersebbut. Anak yang dibesarkannya hingga kecil, lantaran kelalaian dan kesilapannya dalam mendidik dan salah dalam memberikan hiburan, akhirnya jiwa anak bukan menjadi miliknya. Malah dimiliki oleh orang lain, bahkan gadget.***

Editor: denkur

Artikel ini diambil seutuhnya dari Hidayatullah.com, Jumat (4/10/2019)

 

Berita Terkait

Kala Menteri Kebudayaan Fadli Zon Mampir di Kantor PWI
Konser Dua Lipa Dibatalkan, Kemenpar Dorong Promotor Musik Optimalkan Persiapan Keamanan
DPD RI Apresiasi “Pahlawan Seni Budaya” Tim Muhibah Angklung
Swiss-Belinn Kemayoran Sambut Tahun Baru 2025 dengan The Colorful Party
Tips Packing Cerdas untuk Musim Dingin: Esensial Liburan yang Wajib Dibawa
bank bjb Manjakan Penikmat Jazz Di The Papandayan Jazz Fest 2024
Pemkab Subang Gelar Sisingaan Terpanjang di Dunia Raih Rekor Muri
NOMINATOR FFI 2024 “Koes Plus Bom Grupo Musica”
Berita ini 1 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 13 November 2024 - 09:34 WIB

Kala Menteri Kebudayaan Fadli Zon Mampir di Kantor PWI

Senin, 11 November 2024 - 16:58 WIB

Konser Dua Lipa Dibatalkan, Kemenpar Dorong Promotor Musik Optimalkan Persiapan Keamanan

Senin, 11 November 2024 - 12:27 WIB

DPD RI Apresiasi “Pahlawan Seni Budaya” Tim Muhibah Angklung

Kamis, 31 Oktober 2024 - 16:51 WIB

Swiss-Belinn Kemayoran Sambut Tahun Baru 2025 dengan The Colorful Party

Selasa, 29 Oktober 2024 - 19:08 WIB

Tips Packing Cerdas untuk Musim Dingin: Esensial Liburan yang Wajib Dibawa

Berita Terbaru