JUMAT BAROKAH: Titah Bersujud, Malaikat Taat Tanpa Syarat

Jumat, 18 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: LYCEUM.ID

Ilustrasi: LYCEUM.ID

Saat turun titah bersujud, para malaikat langsung taat tanpa syarat. Segera menyungkur seiring dengan terbitnya perintah sujud. Sedang Iblis tampil beda dengan makhluk lain.

 

 

Meski berbisik di hamparan bumi, suaramu terdengar hingga ke petala langit yang berlapis-lapis. Ini satu keutamaan bersujud yang sering disampaikan. Dijelaskan bahwa sujud bukan sekadar gerakan ritual menempelkan muka di tanah dengan beberapa anggota tubuh sebagai penopangnya. Ia tidak pula hanya sebagai rukun shalat atau perintah mutlak yang harus dikerjakan.

Sujud adalah kebutuhan mendasar setiap manusia. Bahkan di awal penciptaan manusia, ialah yang membedakan di antara para makhluk Allah. Saat turun titah bersujud, para malaikat langsung taat tanpa syarat. Segera menyungkur seiring dengan terbitnya perintah sujud. Sedang Iblis tampil beda dengan makhluk lain. Gembong dari balatentara setan itu memilih membangkang. Dia menolak perintah bersujud di hadapan Adam, makhluk yang baru saja diciptakan.

Bagaimana mungkin Iblis sudi bersujud, sedang dirinya merasa lebih baik dari Adam, si makhluk baru. Demikian nalarnya bekerja tanpa wahyu. Pikirannya tampak membenarkan fakta. Padahal yang terjadi justru akalnya sedang digerogoti hawa nafsunya. Ana khairun minhu, kata Iblis. Saya dicipta dari bahan api dan Adam terbuat dari segumpal tanah. Iblis lupa, bahwa klaim “khair” yakni kebaikan atau merasa lebih baik itu mesti punya kriteria dan rujukan jelas. Tak asal mengaku begitu saja tanpa standar yang benar.

Kaitan dengan manusia, sujud adalah lambang ketundukan hamba di hadapan Sang Khaliq. Satu pengakuan secara empirik tentang kebodohan dan kelemahan dirinya. Bahwa sepenuh ilmu yang dipunyai tak lebih dari setitik air di samudera ilmu Al-Alim (Maha Mengetahui). Sujud ialah standar kemuliaan agama dan ketinggian ilmu seseorang. Kian banyak bersujud makin tinggi derajat orang tersebut. Makin santun dan rendah hatinya tambah mulia pula kedudukan dirinya di sisi-Nya.

Tak heran, Nabi memberi garansi demikian. Sabdanya: “Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu.” (Riwayat Muslim).

Dalam kisah Ma’dan bin Abi Thalhah Al-Ya’mari, ia berkata, aku pernah bertemu Tsauban, mantan budak Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan juga bertanya kepada Abu Darda Radhiyallahu anhu: Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga. Ma’dan bercerita, keduanya menjawab hal yang sama sesuai hadits Nabi di atas.

Menurut Dr. Akhmad Alim, penulis buku “Sujud Menembus Jalan Buntu” seluruh rangkaian persoalan manusia bahkan bisa diterapi melalui sujud. Semakin banyak ia menempelkan wajahnya di tanah kian banyak pula permasalahan yang bisa diatasi.

Ada yang merasa gundah dan dilema di antara dua atau beberapa pilihan? Silakan menyungkur sujud dalam Istikharah yang khusyuk. Niscaya pikiran jadi tenang. Hati jadi lapang. Selanjutnya dia bisa menetapkan keputusan dengan akal yang jernih dan memberi solusi dan manfaat.

Bingung menghadapi kondisi alam yang kemarau berkepanjangan? Tawarannya juga dengan sujud melalui shalat Istisqa (meminta hujan). Sujud juga menjadi jalan keluar atas keraguan bahkan kekeliruan dalam berbuat, termasuk pada ibadah shalat. Semua itu bisa disempurnakan melalui sujud Sahwi. Saat lagi bersenang hati dan gembira, tetap saja tuntunannya adalah sujud kepada Sang Pemberi nikmat.

Ada yang merasa letih dan butuh rehat? Nabi memberi saran, dirikanlah shalat dan bersegeralah sujud kepada-Nya. Itu dikatakan Nabi kala menyuruh Bilal: Arihna bis shalah (Istirahatkan kami dengan shalat). Bahkan yang bertanya, bagaimana cara mudah masuk surga? Jawabannya, perbanyak sujudmu kepada-Nya di waktu malam. Inilah yang dipesankan Rasulullah kepada Abdullah bin Umar (semoga Allah meridhainya dan ayahnya).

Jika demikian dampak dan manfaat sujud, adakah orang itu masih enggan untuk segera menyungkur kepada-Nya? Hanya karena secuil ilmu yang dititipkan padanya? Bertahun-tahun manusia belajar. Tapi justru dia kehilangan identitas sebagai seorang hamba yang takut kepada-Nya. Raganya masih utuh tapi jiwanya kosong dari kerinduan rukuk dan bersujud. Padahal ibarat lautan ilmu yang menyamudera, yang dia punyai tak lebih dari setetes air yang menempel di jari tangannya.***

Editor: denkur

Artikel ini diambil seutuhnya dari Hidayatullah.com, Jumat (18/10/2019)

Berita Terkait

Kala Menteri Kebudayaan Fadli Zon Mampir di Kantor PWI
Konser Dua Lipa Dibatalkan, Kemenpar Dorong Promotor Musik Optimalkan Persiapan Keamanan
DPD RI Apresiasi “Pahlawan Seni Budaya” Tim Muhibah Angklung
Swiss-Belinn Kemayoran Sambut Tahun Baru 2025 dengan The Colorful Party
Tips Packing Cerdas untuk Musim Dingin: Esensial Liburan yang Wajib Dibawa
bank bjb Manjakan Penikmat Jazz Di The Papandayan Jazz Fest 2024
Pemkab Subang Gelar Sisingaan Terpanjang di Dunia Raih Rekor Muri
NOMINATOR FFI 2024 “Koes Plus Bom Grupo Musica”
Berita ini 3 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 13 November 2024 - 09:34 WIB

Kala Menteri Kebudayaan Fadli Zon Mampir di Kantor PWI

Senin, 11 November 2024 - 16:58 WIB

Konser Dua Lipa Dibatalkan, Kemenpar Dorong Promotor Musik Optimalkan Persiapan Keamanan

Senin, 11 November 2024 - 12:27 WIB

DPD RI Apresiasi “Pahlawan Seni Budaya” Tim Muhibah Angklung

Kamis, 31 Oktober 2024 - 16:51 WIB

Swiss-Belinn Kemayoran Sambut Tahun Baru 2025 dengan The Colorful Party

Selasa, 29 Oktober 2024 - 19:08 WIB

Tips Packing Cerdas untuk Musim Dingin: Esensial Liburan yang Wajib Dibawa

Berita Terbaru