DARA | BANDUNG – Kabupaten Bandung, Jawa Barat memiliki miliki 155 komunitas pegiat lingkungan. Setiap komunitas telah berkiprah dan memiliki rekam jejak yang cukup panjang.
“Dari hasil pemetaan dan fakta, bahwa Kabupaten Bandung memiliki sumber daya pegiat lingkungan yang luar biasa. Kami juga menghadirkan empat orang tokoh inspirator untuk melihat apa sebenarnya kekurangan dari potensi 155 komunitas yang sudah ada ini,” kata Kepala DLH Kabupaten Bandung, Asep Kusumah, dalam rapat persiapan Sarasehan Sabilulungan Pegiat Lingkungan di Bale Sawala Soreang, Senin (18/3/2019).
Asep menjelaskan, rapat persiapan tersebut untuk meningkatkan peran serta para pegiat lingkungan, baik dalam upaya perlindungan maupun pengelolaan lingkungan hidup. Persoalannya, cara menyatukan semua kekuatan, inisiatif, dan partisipasi yang sudah ada.
“Sehingga semua orang mendapatkan informasi, motivasi, dan inspirasi agar tergerak untuk berbuat sesuatu terhadap lingkungan,” ujar Asep.
Ketika berbicara mengenai masalah lingkungan, menurut dia, pada umumnya masyarakat hampir merasa tidak berdaya. Padahal sebenarnya, ada hal-hal yang bisa dilakukan secara individu.
Gerakan Sajiwa (Sabilulungan Hiji Dua), satu orang menanam dua pohon, satu rumah membuat dua LCO/LRB (Lubang Cerdas Organik/Lubang Resapan Biopori). “Ini seperti kecil manfaatnya. Namun jika dilakukan bersama-sama secara masif akan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat,” katanya.
LCO/LRB telah dikaji akan mampu menyelesaikan sebagian permasalahan banjir. Gerakan Sajiwa pun, menurut dia juga, akan berdampak luar biasa bagi lingkungan.
Jika dilakukan secara masif oleh 3,7 juta penduduk Kabupaten Bandung, maka Sajiwa akan menghadirkan 7 juta pohon dan 7 juta LCO/LRB. Para pegiat lingkungan di Kecamatan Dayeuhkolot sudah mengkaji, LCO/LRB dapat mengendalikan banjir karena fungsi resapannya yang sangat besar.
”Untuk itulah kami mengajak komunitas pegiat lingkungan ini, untuk mengedukasi secara masif kepada masyarakat,” kata dia.
Komunitas yang hadir antara lain komunitas pegiat lingkungan, komunitas pencinta alam perguruan tinggi, komunitas pencinta alam/OSIS/Pramuka, fasilitator dan pendamping lokal Kampung Sabilulungan Bersih (Saber), dan Badega (pelayan) lingkungan. Dalam rapat, pihaknya menghimpun empat kelompok kecil Focus Group Discussion (FGD), yang akan menghasilkan beberapa rekomendasi dan informasi terkait inovasi yang sudah ada.
Hadir juga sebagai nara sumber Eyang Memet (Ketua Yayasan Walatra) dengan materi Konservasi; Wawan Gusnawan (Ketua GPSS RW 17 Jatiendah) materi Pengelolaan Sampah, Deni Riswandani (Ketua Yayasan Elingan) materi Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sungai, serta Fery Sapta (Pegiat Lingkungan Dayeuhkolot) dengan materi Gerakan Sejuta Biopori.
Sarasehan Sabilulungan Pegiat Lingkungan akan berkangsung minggu pertama April 2019.***
Editor: Ayi Kusmawan