“Pemerintah mah bukan pebisnis, jadi harus dikelola lembaga bisnis, bikin perseroan terbatas (PT) nya,” ujar Tisna di Soreang, Rabu (14/4/2021).
DARA | BANDUNG – Kepala Dinas Pertanian Tisna Umaran mengungkapkan, Kabupaten Bandung sebenarnya siap menjadi pusat bisnis kopi arabika Indonesia.
Menurutnya, yang terpenting pemerintah harus mempersiapkan pasar untuk penjualan hasil tani kopi, jangan sampai petani sudah menanam kopi rame-rame, tetapi ketika panen ternyata tidak laku.
Saat ini beberapa petani kopi di Kabupaten Bandung memang sudah ekspor, tapi jumlahnya masih relatif sedikit yaitu dikisaran lima kwintal hingga satu ton saja.
Tisna berharap jumlah ekspor kopi lebih besar dan masif. Namun demikian, memang pengelolaannya harus diserahkan kepada pihak-pihak yang kompeten.
“Pemerintah mah bukan pebisnis, jadi harus dikelola lembaga bisnis, bikin perseroan terbatas (PT) nya,” ujar Tisna di Soreang, Rabu (14/4/2021).
Pemerintah Kabupaten Bandung akan bekerjasama dengan perbankan untuk membentuk bisnis plannya. Selain itu, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung juga akan meminjam gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda).
“Jadi bisnis plan dikelola oleh manajer profesional. Sekarang PT nya belum punya modal, pinjem kantor dekranasda. Udah dikasih pinjam tinggal jalan, tapi nunggu bikin kantor baru di Solokan Jeruk,” tutur Tisna.
Nantinya di Solakan Jeruk itu, kata Tisna, akan diberi namanya Center Excellent. Jadi selain untuk kantor, juga ada gudang kopi hingga lantai jemurnya.
“Contoh kasus yang sederhana, setiap tahunnya ada petani yang kirim 700 ton kopi ke Medan. Jadi itu nanti yang 700 ton enggak usah ke Medan, disini saja dijualnya langsung,” ungkap Tisna.
Menurut Tisna, jika jumlah luas lahan kopi yang dipanen bertambah maka petani akan kesulitan untuk memasarkannya. Oleh sebab itu, pemerintah melakukan antisipasi agar harga kopi hancur. Karena kalau sampai harga kopi mengalami kehancuran maka petani akan lebih lebih memilih untuk menanam sayuran, misalnya sayur kol. Jika itu dilakukan maka dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan lingkungan.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bandung juga berupaya agar produk-produk kopi yang dihasilkan oleh petani Kabupaten Bandung tidak dijual ke orang yang salah. Tisna mengaku sudah berkoordinasi dengan pasar Eropa, Turki hingga Iran.
“Kuncinya bagaimana produk itu terjual, jadi kemarin sudah dari Turki dan Iran, delegasi dagangnya sudah ada,” ungkap Tisna.
Tisna mengungkapkan bahwa pemerintah Kabupaten Bandung dalam menciptakan suatu program itu untuk lima tahun kedepan. Harapannya, jika program ini bisa terlaksana maka Kabupaten Bandung bisa menjadi pusat bisnis arabika Indonesia.
“Sama orang awam mah berpikir bahwa ini bakal jadi saingan, enggak masalah, masyarakat mah melihat hasilnya, kan ini belum kelihatan, kalau ada keluh kesah itu wajar, tinggal kita membuktikan,” pungkas Tisna.
Editor : Maji