Ia mengatakan setelah bertahun-tahun sampah rumah tangga yang dihasilkan masyarakat, kemudian dikelola di tempat pilah pilih olah sampah, dapat mencegah warga buang sampah ke Sungai Citarum.
DARA – Kakek yang satu ini sudah cukup lama mengelola sampah rumah tangga di tempat pilah pilih di sebuah pemakaman umum di Kampung Bojongrengas RW 11, Desa Majasetra, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung.
Ia mengelola sampah hanya untuk niat ibadah dan berharap mendapatkan keberkahan dari kepedulian sosial yang sudah rutin dilaksanakannya.
“Kalau mencari untung atau pendapatan dari sampah rumah tangga yang dikumpulkan sehari-hari tidak seberapa nilainya,” kata pria bernama Agus kepada wartawan,Jumat (20/5/2022).
Agus mengaku, mengelola sampah rumah tangga yang dihasilkan 150 kepala keluarga di RW 11 itu, karena tidak ada orang lain yang mau untuk mengelolanya. Ia karena mendapatkan amanah menjadi Ketua RW 11, sehingga harus memberikan contoh kepada masyarakat, bagaimana untuk memperlakukan sampah yang dihasilkan warga setiap harinya.
Pasalnya, warga tidak ada yang mau untuk mengelola sampah rumah tangga dengan alasan bau. Agus pun setiap hari harus bergelut dengan bau sampah yang cukup menyengat dan menusuk hidungnya.
“Tapi baru sampah itu, bukan halangan bagi saya. Memang seperti ini, yang saya alami dan rasakan kalau mengurus sampah. Sampah yang dihasilkan masyarakat itu, setiap hari Rabu dan Sabtu dalam setiap pekannya diambil ke rumah-rumah warga, dengan menggunakan peralatan untuk mengangkut sampah tersebut,” katanya.
Dari 150 kepala keluarga yang menghasilkan sampah itu, kata Agus, tidak dipungut biaya untuk mengelola sampah.
“Tapi ada saja warga dengan sukarela memberikan iuran untuk membantu pengelolaan sampah. Dari 150 kepala keluarga itu, hanya 15 kepala keluarga yang secara rutin memberikan bantuan atau iuran dalam pengelolaan sampah,” tuturnya.
Menurutnya, pada umumnya sampah yang dihasilkan masyarakat itu, diambil ke rumah-rumah masing-masing. “Tapi ada juga warga yang mengantar sampah langsung ke tempat pilah pilih olah sampah ini. Khususnya untuk sampah anorganik, seperti plastik, kertas kemudian dipisahkan, sedangkan sampah organik seperti sisa makanan atau sayuran dan buah-buahan dipisahkan untuk dijadikan pupuk organik tanaman sayuran. Sedangkan sampah residunya dibakar. Jadi sampah yang dihasilkan tidak ada yang tersisa,” jelas Agus.
Ia mengungkapkan sampah anorganik jenis plastik berupa botol atau cup bekas air mineral dikumpulkan untuk didaur ulang.
“Satu kilogram botol plastik bekas air mineral itu bisa dijual dengan harga Rp 2500. Dalam satu kali pengambilan sampah plastik itu, bisa mencapai 8-10 kg. Ada orang yang biasa ngambil sampah plastik bekas botol dan cup air mineral itu,” katanya.
Agus mengungkapkan, bahwa pihaknya lebih optimal mengelola sampah rumah tangga di lokasi pilah pilih olah sampah itu, setelah ada bantuan dari Satuan Tugas Citarum Harum Sektor 4/Majalaya, membangun tungku pembakaran sampah dan ruang tempat penampungan sampah baik yang sudah dipilah maupun belum.
“Tempat penampungan sampah ini perlu ada perluasan. Karena kalau sampah kebanyakan, ruangan yang ada tak mampu menampung sampah,” kata Agus.
Ia mengatakan setelah bertahun-tahun sampah rumah tangga yang dihasilkan masyarakat, kemudian dikelola di tempat pilah pilih olah sampah, dapat mencegah warga buang sampah ke Sungai Citarum.
“Mengelola sampah itu sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Sebab, jika tak ada yang mengelola, nanti sampah akan dibiarkan menumpuk dan menimbulkan pencemaran lingkungan,” tuturnya.
Agus juga sangat prihatin ketika banyak anak-anak muda yang tak mau membantu dalam proses pengelolaan sampah. “Sepertinya, mereka lebih baik berjemur di pagi hari, ketimbang harus membantu pengelolaan sampah. Padahal, dari mengelola sampah itu akan mendapatkan rezeki, di antaranya dari sisa sampah yang dihasilkan yang laku untuk dijual,” katanya.
Agus mengungkapkan, mengelola sampah itu ada nilai ibadahnya karena membantu persoalan sampah yang dihasilkan masyarakat. “Ada sebutan, bahwa kebersihan sebagian dari iman. Untuk itu, buang sampah ke tempatnya,” ucapnya.
Editor: Maji| Wartawan: Trinata