Kampanye Perlu Mencerdaskan Rakyat

Sabtu, 1 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jika ada pertanyaan apa yang Anda ingat seusai Pemilihan Umum, Legislatif, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Pemilihan Presiden. Saya bisa memastikan jawaban terbanyak  adalah pernyataan para calon presiden saat masa kampanye yaitu “Tampang Boyolali” Politisi Sontoloyo, dikompori, atau politisi gendoruwo

Masa kampanye khususnya para Capres dan Cawapres sudah berlangsung sejak September lalu. Lontaran pernyataan hingga kini masih belum ada pernyataan yang mengarah pada adu gagasan. Perdebatan kedua kubu masih terbatas pada lontaran-lontaran yang saling menyindir yang lebih tendensi pada pelemahan karakter masing-masing calon. Belum terlihat pernyataan yang mengarah pada adu gagasan. Tak lebih hanya saling mengolok-olok.

Perolokan diantara elite partai pendukung dan bahkan diantara Capres, yakini saja tak bakal memberikan nilai tambah bagi kecerdasan rakyat. Rakyat dalam konsep sosial hanya mendapat sajian tontonan yang akan merangsang emosi kemarahan dan saling curiga. Padahal di sisi ceruk paling dalam, rakyat berharap mendapat pendidikan politik yang sehat dan mencerdaskan.

Lontaran sindiran yang nyinyir hadir di ruang publik  yang boleh jadi meresahkan. Rakyat sebagai penerima informasi  apapun kelas sosialnya,  mereka berhak mendapat pendidikan politik dari kampanye ini dan bukan semata istilah yang membuat kegaduhan.

Dalam kampanye Pilpres seyogyanya masing-masing kubu menghadirkan perdebatan yang menguntungkan rakyat. Jelaskan kepada rakyat bagaimana kita mengatasi masalah yang ada dan bagaimana bangsa ini ke depan. Jangan hadirkan ke ruang publik ‘politik kompor gas’ yang sewaktu-waktu bisa meledak.

Jika boleh menilai, munculnya sindirian yang nyinyir ke ruang publik tidak serta merta datang dengan sendirinya. Semua punya andil, baik masyarakat, Jokowi dan Prabowo, dan politisi kedua kubu.

Sejujurnya masyrakat kini nyaris tak mendapat nilai apapun dari sirtuasi itu. Rakyat hanya mendapat rasa kecewa dan marah. Pertanyaanya apakah situasi ini sengaja diciptakan oleh kedua kubu Capres/Cawapres?

Sepertinya kita patut kembali pada kultur rakyat Indonesia yang multikultur. Apakah mungkin atau bisa rakyat Indonesia – semua suku– yang toleren menghadirkan olok-olok yang dapat mengusik kemarahan. Rakyat Indonesia semua suku terkenal ramah, toleran dan tidak mau menyinggung satu sama lainya. Namun fakta yang terjadi saat ini lontaran pernyataan yang memancing rasa marah kerap kita dengar dalam berbagai sajian acara televisi ataupun panggung event politik yang sengaja digelar.

Sebut saja Capres adalah bapak rakyat. Jika begitu, janganlah kemudian menumbuhkan rasa seperti teori oedipus complex yang menyatakan bahwa anak lelaki menaruh benci pada ayahnya, atau seperti pada hasil penelitian psikologi di Kepulauan Trobriand Papua Nugini yang menyatakan anak laki-laki membenci paman dari pihak ibunya.

Jika begitu haruskah para Capres dan Cawapres atau para Tim Suksesnya pada Pemilu ke depan memahami psikologi lintas budaya sehingga saat mereka “menjual” barang daganganya menggunakan perspektif kultural sosial yang multidimensional dan kemajemukan sosial. Ini di Indonesia perlu dilakukan. Jika tidak saya khawatir NKRI bisa terbelah gara-gara kampanye Pilpres yang tidak mengindahkan prinsip prinsip dan teori psikologi sosial yang komprehensip. ***

Berita Terkait

KONVENSIONAL BUNTU “Lateral Thinking” ke Piala Dunia
PERINTAH PENANGKAPAN Netanyahu Tetap akan Kuat
KONFLIK TIMTENG : Golani, Hezbollah, dan Hamas
PERANG RUSIA-UKRAINA Trump dan Putin Bermain Logika
KEMENANGAN TRUMP Menunggu Gerimis di Ljubljana
POTENSI PEMILU AS Jika Kamala Harris Menang
PEMBIARAN PALESTINA Penduduk Gaza ke Zaman “Batu”
SERANGAN KE TEHERAN Israel-Iran Berhitung Akibat
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 25 November 2024 - 04:40 WIB

KONVENSIONAL BUNTU “Lateral Thinking” ke Piala Dunia

Jumat, 22 November 2024 - 17:16 WIB

PERINTAH PENANGKAPAN Netanyahu Tetap akan Kuat

Minggu, 17 November 2024 - 19:28 WIB

KONFLIK TIMTENG : Golani, Hezbollah, dan Hamas

Selasa, 12 November 2024 - 14:17 WIB

PERANG RUSIA-UKRAINA Trump dan Putin Bermain Logika

Jumat, 8 November 2024 - 09:24 WIB

KEMENANGAN TRUMP Menunggu Gerimis di Ljubljana

Berita Terbaru


 Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin meninjau tempat pengunsian korban bencana banjir Kabupaten Bandung,  di Taman Air Sektor 6, di Desa Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Senin (25/11/2024). (Foto: adpim jabar)

BANDUNG UPDATE

Banjir Masih Merendam Delapan Kecamatan di Kabupaten Bandung

Senin, 25 Nov 2024 - 18:38 WIB

JABAR

Bupati Sukabumi Bahas Soal Mitra Cai dan Ketahanan Pangan

Senin, 25 Nov 2024 - 16:49 WIB