Tanggal 17 Februari 2021, Dadang M Naser mengakhiri jabatannya sebagai Bupati Bandung, setelah satu dekade memimpin di Kabupaten Bandung.
DARA -“Alhamdulillah, satu dekade saya memimpin, banyak keberhasilan yang membanggakan. Namun, tentu saja masih banyak kekurangannya. Ada harapan-harapan saya yang belum terwujud yang semoga bisa dilanjutkan oleh kepemimpinan Bupati Bandung kedepan,” ujarnya saat Ngawangkong Bari Ngopi bersama awak media di halaman rumah dinas Bupati Bandung, Soreang, Jumat (5/2/2021).
Pria yang akrab disapa Kang DN itu menceritakan, diawal kepemimpinannya sebagai bupati, sejumlah ruas jalan banyak yang rusak parah. Namun, setelah ia memimpin perlahan jalan-jalan tersebut dibangun dengan sistem betonisasi, hingga sekarang sudah 90% mantap.
“Tinggal sepuluh persen lagi biar jalan mantap semua. Namun, PR-nya bukan itu. Jadi menurut saya jalan-jalan yang sembilan puluh persen itu belum mantap secara utuh, hanya mantap beton saja. Dalam benak saya semua jalan yang dikatakan sudah mantap itu harus dihotmix seluruhnya. Itu menunjukan kalau kita ingin menunjukan sebagai negara maju ya harus dibeton dulu lalu dihotmix, itu langkah selanjutnya. Pasti jalan-jalan di Kabupaten Bandung ini jadi cantik,” paparnya.
Lebih jauh, menurutnya yang belum terealisasi dengan baik yaitu sistem drainase, sehingga banjir-banjir di jalan itu masih kerap terjadi.
“Saya tahu, kelemahan kita itu saat terjadi hujan besar, terjadi banjir ke perkampungan itu salah satunya karena banyak jalan beton tanpa drainase. Itu belum benar sistem drainase. Anggaran kedepan, PUTR itu masih banyak pekerjaan terkait drainasenya,” katanya.
Kang DN juga menyebutkan, hal lain yang belum selesai adalah penataan sungai-sungai yang berorientasi pada pertanian yang modern. Pertanian di Kabupaten Bandung belum modern meskipun Kabupaten Bandung selalu juara pangan di Jawa Barat.
“Tentu masih banyak hal-hal yang belum selesai. Saya selalu mengutip Chairil Anwar, ‘pekerjaan masih banyak, belum apa-apa’, jadi meski tak lagi menjabat sebagai bupati, saya tetap akan berkontribusi untuk membangun dan memajukan Kabupaten Bandung,” ungkapnya.
Sebagai salah satu langkah, setelah melepas jabatannya, Dadang mengaku akan membuat lembaga sertifikasi pendidikan. Dimana lembaga tersebut akan membantu masyarakat Kabupaten Bandung untuk bisa mendapat pemerataan pendidikan yang ideal.
“Saat ini, di Kabupaten Bandung, kan, pendidikan terendah masih jenjang SMP. Saya berkeinginan nanti minimal warga Kabupaten Bandung pendidikan terakhirnya D3,” ucapnya.
Kang DN menuturkan, jika pendidikan terendah warga Kabupaten Bandung di jenjang D3, maka tentu akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal ini tentu juga akan meningkatkan IPM untuk nasional.
Menurut dia, IPM di Indonesia masih tertinggal dengan negara lain di ASEAN, salah satunya Singapura. Sebab, di Singapura jenjang pendidikan warga negaranya sudah S1.
“Di Belanda malah sudah S2. Indonesia masih tertinggal. Sebab pendidikan terendahnya hanya jenjang SMP,” ujarnya.
Gagasan untuk meningkatkan IPM tersebut sebetulnya sudah ia kemukakan ke pemerintah pusat. Namun, untuk merealisasikannya, ia sendiri yang akan mengawalinya.
“Di Kabupaten Bandung sendiri, untuk kejar paket C saja kami permudah. Nah, nanti untuk gagasan sertifikasi ini akan saya realisasikan setelah saya tidak lagi menjabat bupati. Ini bukti saya mencintai Kabupaten Bandung. Saya ingin mendidikasikan diri untuk kemajuan Kabupaten Bandung,” pungkasnya.***
Editor: denkur