DARA | JAKARTA – Kepala BNPB, Doni Monardo, mengingatkan bahwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) bisa menjadi ancaman bencana yang bersifat permanen jika tidak segera diselesaikan.
“Permasalahan karhutla sudah ada dari tahun-tahun yang lalu dan terus berulang. Penyebabnya pun selalu sama, yang mana 99% karhutla terjadi atas ulah manusia, faktor cuaca ditambah fenomena El Nino juga menjadi faktor meluasnya karhutla tersebut,” katanya, saat menjadi salah satu nara sumber Rapat Koordinasi Komite Intelijen Pusat Antisipasi Dampak Musim Kemarau Tahun 2019 di Indonesia, di Kantor Badan Intelijen Negara (BIN) Jakarta, kemarin.
Di hadapan peserta rapat yang adntara lain dihadiri perwakilan kementerian dan lembaga lain, ia meminta BIN dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merevisi undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, ia juga meminta kedua lembaga itu mengambil langkah tegas kepada berbagai pihak yang sengaja membakar hutan dan lahan demi kepentingan individu maupun korporasi.
Mantan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden itu juga meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mencari solusi berupa teknologi yang bisa menciptakan inovasi pembukaan lahan tanpa membakar. “BIN mungkin bisa merevisi UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan saya mohon penegakan hukum lebih dioptimalkan. Cabut izin koorporasi yang membuka lahan dengan cara dibakar.”
Selain melalui teknologi, ilmu pengetahuan, dan ketegasan hukum, permasalahan karhutla yang bisa menjadi ancaman permanen ini harus dihadapi dengan cara yang permanen pula melalui perubahan perilaku manusia. “Ini adalah soal perilaku dan bagaimana agar bisa mengubah perilaku manusia. Ini cara permanennya,” ujar Doni.
Bersama BIN ia berharap lebih bisa memiliki kekuatan agar mengubah ini semua. “Kalau tidak, akan habis semua hutan kita di masa yang akan datang,” katanya.
Upaya perubahan perilaku manusia itu dicontohkan Doni melalui hal-hal sederhana yang sudah terbukti keberhasilannya seperti Citaruh Harum. Doni yang saat itu menjadi Pangdam Siliwangi mengerahkan tim untuk hidup bersama rakyat, memberi contoh, dan edukasi sehingga rakyat tahu dan tergerak.
“Prajurit saya dulu tidur di rumah-rumah warga, ikut tinggal di sana selama waktu yang ditentukan. Dampaknya sudah terbukti, kini Citarum sudah semakin baik,” ujarnya.
Selain itu, Doni juga memberi gambaran bahwa perubahan perilaku masyarakat juga bisa dilakukan melalui peningkatan kesejahteraannya dengan pendekatan pertanian dan peternakan. Pendekatn ini ia mencontohkan beberapa tanaman produktif yang bisa tumbuh di lahan gambut antara lain sagu, lidah buaya, pinang, bawang merah, nanas, cabai, dan kopi liberica dan sebagainya.
Dari sektor peternakan, ia mencontohkan kasus di Portugal yang berhasil menanggulangi karhutla dengan beternak kambing. “Portugal ini pakai kambing. Jadi warga diberi kambing untuk diternak. Otomatis mereka tidak akan bakar-bakar lagi, karena nanti ternaknya bisa mati.”
Langkah-langkah tersebut menurut Doni akan lebih bagus dan optimal karena merupakan bagian dari upaya pencegahan. Seluruh kementerian/lembaga, menurut dia harus bersama-sama mengupayakan solusi pencegahan, yang menjadi perintah dan arahan Presiden RI pada Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Karhutla tahun 2019 di Istana Negara Jakarta.
Sejauh ini, lanjut dia, BNPB telah mengirim 37 helikopter water boombing dalam upaya pemadaman karhutla di Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Aceh, Riau, dan Provinsi Jambi. Tim satgas karhutla juga telah diterjunkan di tiap-tiap titik api untuk pemadaman darat.
Tapi, ia akui, upaya-upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang optimal. “Dari upaya yang sudah dilakukan, solusi dari bencana karhutla hanya satu, yaitu hujan.”
Editor: Ayi Kusmawan