Keislaman tak Boleh Dibenturkan dengan Keindonesiaan

Kamis, 22 Juni 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Keindonesiaan ditandai oleh kemajemukan. Beda suku, agama, bahasa dan lain-lain. Karena itu, untuk menjadi Indonesia, seseorang wajib mengafirmasi, menerima kemajemukan, keberagaman itu.


DARA | Agama harus menjadi perekat perbedaan yang ada di masyarakat. Agama tidak boleh menjadi pemecah belah anak bangsa.

Demikian dikatakan Dr M Subhi-Ibrahim, Ketua Program Magister Studi Islam Universitas Paramadina dalam Diskusi “Mengenal Pemikiran Cak Nur dan Paramadina” di Universitas Paramadina, Rabu (21/6/2023).

Diskusi yang diselenggarakan atas kerjasama Universitas Paramadina dan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati, Bandung tersebut banyak menyinggung ide-ide progresif Cak Nur dan persoalan kebangsaan dan keumatan.

Pemikiran pembaruan Islam Indonesia Prof Dr Nurcholish Madjid atau Cak Nur (1939-2005) masih relevan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bagi Cak Nur, Keislaman, Keindonesiaan dan Kemodernan adalah satu tarikan nafas. Seorang Muslim harus mampu menjadi orang Indonesia yang baik dan modern, tidak boleh ada pembenturan Keislaman dan Keindonesiaan. Sikap toleran, moderat, inklusif harus dipelihara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk.

Subhi-Ibrahim menambahkan: “umat Islam mesti berperan aktif, bersama-sama dengan umat beragama lain, membangun peradaban. Peradaban ditopang oleh pilar agama, filsafat, ekonomi dan sains. Berkaca pada Muslim klasik, mereka mampu menciptakan peradaban tinggi karena memiliki kepercayaan diri dan sikap inklusif.”

“Kepercayaan diri tersebut lahir dari penghayatan keagamaan. Mereka meyakini bahwa, yang absolut hanya Tuhan. Manusia relatif. Karena itu, tidak perlu ada rasa rendah diri atau rasa takut. Karena, pada dasarnya, manusia adalah egaliter, sama di hadapan Tuhan. Sikap inklusif atau terbuka dibutuhkan agar bisa menyerap apa yang baik dari peradaban yang ada sehingga bisa mewarisi peradaban tersebut,” ujarnya.

Menurut Subhi-Ibrahim, yang tidak boleh diabaikan adalah peran anak muda, khususnya mahasiswa dalam kerja-kerja peradaban. Tradisi intelektual perlu dihidupkan terus. Kaum terpelajar tidak boleh di menara gading, terisolir dari masalah-masalah kebangsaan dan keumatan. Mereka mesti terlibat aktif dalam upaya mewujudkan cita-cita kebaikan bersama. Itulah yang dicontohkan oleh Cak Nur.

Lebih lanjut, Subhi-Ibrahim mengatakan, Cak Nur telah memberi teladan sebagai intelektual-aktivis yang memikir nasib umat dan bangsa. Cak Nur pun menawarkan cara pandang keagamaan yang mencerahkan. Mendobrak pintu kejumudan berfikir seraya mengajukan pikiran-pikiran alternatif yang terkadang memicu kontroversi. Misalnya, ungkapan Cak Nur ”Islam Yes, Partai Islam No.”

Ungkapan ini memiliki konteks agar umat Islam tidak mensakralkan simbol-simbol Islam, di satu sisi. Di sisi lain, Cak Nur memimpikan umat Islam mampu masuk ke berbagai kekuatan politik tanpa perlu pakai label Islam.

Menariknya, di kesempatan lain, seperti dijelaskan Subhi-Ibrahim, Cak Nur pernah menjadi juru kampanye Partai Persatuan Pembangunan dalam Pemilu di awal-awal Orde Baru. Cak Nur punya motivasi atas keputusannya tersebut, yakni memompa ban kempes. Jangan sampai ada satu kekuatan yang terlalu dominan dalam politik sehingga menyulitkan check and balance. Cak Nur menyebutnya, pemihakan rasional.

Subhi-Ibrahim pun menyinggung dunia kampus menjelang tahun politik 2024. Baginya, dunia kampus perlu dijaga agar tidak menjadi arena pertarungan kepentingan politik praktis, meski tidak perlu sampai apatis terhadap politik.

Semua harus bisa menahan diri. Kampus, khususnya Universitas Paramadina, berkomitmen untuk menjadi nurani bangsa, menjaga kewarasan publik dalam menyikapi tantangan bangsa yang semakin kompleks.

Editor: denkur | Sumber: Rilis

Berita Terkait

Breaking News, Sidang Isbat: Awal Ramadan 1446 H Jatuh Hari Sabtu 1 Maret 2025
Polri, BGN dan YKB Uji Coba SPPG Polri di Pejaten dan Cipinang
Pisang dan Semangka Jadi Solusi Meningkatkan Ekonomi Sektor Sawit dengan Model Tumpang Sari
Marak Fenomena Resign Pasca Lebaran, Berikut Strategi Bagi Perusahaan untuk Menarik dan Mempertahankan Pekerja Terbaik
Pemerintah Percepat Program MBG, Dorong Peran Koperasi dan Industri Susu Lokal
Universitas Paramadina Gelar Presidential Lecture Bersama Susilo Bambang Yudhoyono
Koarmada RI Gelar Bakti Sosial dan Kesehatan di Muara Angke
Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadan Jatuh Hari Sabtu 1 Maret 2025
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 28 Februari 2025 - 19:55 WIB

Breaking News, Sidang Isbat: Awal Ramadan 1446 H Jatuh Hari Sabtu 1 Maret 2025

Jumat, 28 Februari 2025 - 18:43 WIB

Polri, BGN dan YKB Uji Coba SPPG Polri di Pejaten dan Cipinang

Kamis, 27 Februari 2025 - 16:21 WIB

Pisang dan Semangka Jadi Solusi Meningkatkan Ekonomi Sektor Sawit dengan Model Tumpang Sari

Kamis, 27 Februari 2025 - 16:12 WIB

Marak Fenomena Resign Pasca Lebaran, Berikut Strategi Bagi Perusahaan untuk Menarik dan Mempertahankan Pekerja Terbaik

Kamis, 27 Februari 2025 - 12:52 WIB

Pemerintah Percepat Program MBG, Dorong Peran Koperasi dan Industri Susu Lokal

Berita Terbaru

Foto: Istimewa

JABAR

Pemkab Sukabumi Sambut Ramadan 1446 H

Jumat, 28 Feb 2025 - 20:01 WIB

Foto: Istimewa

BANDUNG UPDATE

Observatorium Bosscha ITB Pantau Hilal Awal Ramadan 1446 H

Jumat, 28 Feb 2025 - 16:38 WIB

Ilustrasi (Foto: NU Online)

HIKMAH

Doa Mengawali Bulan Ramadhan

Jumat, 28 Feb 2025 - 16:32 WIB