Amerta gelar diskusi daring CSR Akhir Pekan, 11 Februari 2023. Menampilkan dua narasumber, yakni Teguh Mudjiyono (Peneliti Amerta) dan Agam Fatchurrochman (Bumitama Gunajaya Argo).
DARA | Diskusi tersebut menghasilkan beberapa pokok kesimpulan.
Berikut poin-poin yang dihasilkan dari diskusi Amerta tersebut sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis yang diterima redaksi, Selasa (14/2/2023):
● Kelapa sawit merupakan industri strategis bangsa Indonesia. Hal ini karena tanaman kelapa sawit hanya dapat tumbuh secara optimal di kawasan tropis. Produktivitas kelapa sawit dibandingkan dengan jenis tanaman minyak nabati lain adalah yang paling tinggi, dan Indonesia memiliki lahan kelapa sawit yang luas.
● Ekspor kelapa sawit adalah salah satu penghasil devisa terpenting bagi Indonesia serta memberikan multiplier effect yang luas seperti kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia khususnya di daerah, pembangunan kawasan perdesaan, terbukanya akses pelayanan sosial dasar, pembangunan infrastruktur, berkembangnya industri ikutan, yang semuanya berdampak pada pengurangan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi daerah.
● Namun industri kelapa sawit menghadapi berbagai tantangan. Pada tataran global, minyak kelapa sawit berkompetisi dengan minyak nabati lain yang dihasilkan. Persaingan komoditi ini menjadi latar dari berbagai kritik dan embargo pada minyak sawit dan berbagai produk turunannya yang diproduksi Indonesia.
● Pada tataran nasional, industri hulu kelapa sawit terdiri dari dua pelaku utama yaitu perusahaan perkebunan dan perkebunan rakyat. Kedua pelaku ini memiliki produktivitas yang timpang dan akses pada industri hilir yang tidak setara. Program PIR yang telah dikembangkan selama beberapa dasawarsa berupaya mengatasi kesenjangan antar kedua pelaku, perlu untuk ditinjau dan diperbaiki.
● Beberapa kebijakan yang diambil pemerintah seperti larangan ekspor memiliki dampak panjang yang kontra produktif sehingga menciptakan iklim investasi dan berusaha yang tidak kondusif. Pada sisi lain arah untuk meningkatkan penggunaan minyak kelapa sawit di dalam negeri adalah kebijakan strategis yang memiliki dampak positif jangka panjang.
● Secara ekologis, perkebunan kelapa sawit perlu mengatasi dampak negatif jangka panjang yang ditimbulkan oleh praktik monokultur pada skala yang luas. Pengembangan industri kelapa sawit juga perlu menghindari deforestasi pada hutan hujan tropis yang merupakan sumber keanekaragaman hayati.
Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam industri kelapa sawit perlu diarahkan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sekitar. Hal ini diwujudkan melalui:
● Bagi pekebun rakyat, ketersediaan bibit yang berkualitas, pupuk, sarana dan prasarana perkebunan, perbaikan tata kelola, dan akses pada pabrik pengolahan merupakan isu-isu utama.
● Bagi penduduk desa bukan pekebun, meningkatkan pendapatan keluarga melalui kegiatan on farm yaitu pertanian, peternakan, atau perikanan, serta kegiatan off farm yang mencakup pengolahan dan jasa perlu dikembangkan.
● Berbagai program pemerintah di tingkat desa seperti dana desa, program keluarga harapan, posyandu, bantuan operasional sekolah, perlu disinergikan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan masyarakat untuk mengurangi tumpang tindih dan moral hazard.
● Proses sinergi dapat dilakukan dalam mekanisme Musrenbangdes ataupun musyawarah desa. Kehadiran perusahaan perkebunan bersama dengan pemangku kepentingan lokal memungkinkan dialog yang menjadi dasar kolaborasi untuk pembangunan desa.
Komoditas kelapa sawit telah terbukti memiliki dampak positif bagi masyarakat lokal maupun ekonomi nasional. Namun demikian juga dikenali berbagai tantangan untuk memastikan industri kelapa sawit berkelanjutan.
Untuk itu komunikasi antar pemangku kepentingan dan penyusunan peta jalan untuk menyikapi arah strategis peningkatan konsumsi dalam negeri minyak kelapa sawit merupakan keniscayaan.
Editor: denkur