Keliru, Body Image Kurus Dianggap Cantik

Senin, 26 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

NET

NET

DARA| Perempuan cantik adalah yang berbadan kurus. Itulah anggapan yang masih dipercaya perempuan Indonesia, sehingga banyak yang menjalani diet berlebihan yang berujung pada malnutrisi.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Siswanto, MHP, DTM, mengatakan hal itu juga berdampak besar bagi kesehatan.

“Remaja putri di Indonesia masih ada yang memiliki pandangan bahwa mengenai body imageyang kurus dan kecil seperti pensil itu dianggap cantik. Remaja putri perlu menyadari bahwa persiapan hamil itu butuh kecukupan gizi,” ujar Siswanto, dalam siaran persnya, Senin, 26 November 2018.

Menurutnya, pandangan tersebut sangat penting untuk diluruskan, mengingat remaja putri merupakan calon ibu di masa depan. Seorang ibu hamil bila kondisinya kurang energi kronis (KEK) akan membawa dampak bagi janin yang sedang dikandungnya, karena dapat berpeluang bayinya lahir < 2,5 kilogram yang sering disebut berat bayi lahir rendah (BBLR) atau panjang badan saat lahir < 48 sentimeter.

“Ibu hamil yang KEK merupakan calon produsen anak stunting. Karena kalau ibunya kurang energi, anaknya lahir BBLR atau pendek,” ujarnya.

Sebenarnya, Riskesdas 2018 menemukan hasil yang cukup baik, karena berhasil memotret penurunan angka KEK pada wanita usia subur (WUS). Riskesdas 2013 lalu mencatat WUS KEK hamil sebesar 24,2 persen dan WUS KEK tidak hamil sebesar 20,8 persen.

Sementara Riskesdas 2018 mencatat WUS KEK hamil sebesar 17,3 persen dan WUS KEK tidak hamil 14,5 persen. Namun, adanya anggapan yang salah pada remaja mengenai ukuran kecantikan yang diidentikkan dengan tubuh kurus, menjadi tantangan besar dalam upaya pencegahan stunting.

Belum lagi tantangan anemia pada remaja putri dari 37,1 persen pada Riskedas 2013 yang justru mengalami peningkatan menjadi 48,9 persen pada Riskesdas 2018, dengan proporsi anemia ada di kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun.

Hal-hal tersebut jelas menguatkan bahwa kesehatan remaja sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan, terutama dalam upaya mencetak kualitas generasi penerus bangsa di masa depan.***

Editor: denkur

Artikel ini pernah ditayangkan viva.id
 

Berita Terkait

Ramela Resto Kedepankan Kuliner Indonesia, Hadir di Bandung
Ini Manfaat dan Jenis Pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis
Pegadaian Ketuk Pintu Langit Sumsel, Wujud Peduli Kesejahteraan Masyarakat
Gejala dan Pencegahan Chikungunya
Pemberdayaan Masyarakat, Baznas Jabar Gelar Yankesling
Inilah Makna 6 Makanan dan Kebiasaan yang Hadir Saat Perayaan Tahu Baru Imlek
IWAPI DPP Pariwisata Rayakan Hari Gizi Nasional dengan Misi Sosial di Eksotika Baduy
Inilah Fakta Kekhawatiran Gen Z yang Memicu Gangguan Kesehatan Mental
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 27 Februari 2025 - 18:50 WIB

Ramela Resto Kedepankan Kuliner Indonesia, Hadir di Bandung

Jumat, 14 Februari 2025 - 08:51 WIB

Ini Manfaat dan Jenis Pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis

Kamis, 13 Februari 2025 - 21:43 WIB

Pegadaian Ketuk Pintu Langit Sumsel, Wujud Peduli Kesejahteraan Masyarakat

Senin, 3 Februari 2025 - 10:51 WIB

Gejala dan Pencegahan Chikungunya

Sabtu, 1 Februari 2025 - 13:39 WIB

Pemberdayaan Masyarakat, Baznas Jabar Gelar Yankesling

Berita Terbaru

Ilustrtasi (Foto: Universitas Airlangga/ Tribun Travel)

HEADLINE

Siaran Ramadan di Medsos Harus Edukatif dan Ramah Anak

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:39 WIB

Fotog: Hilman Fauzi/Kemenag

HEADLINE

Ramadan tak Sekadar tentang Ibadah Pribadi

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:22 WIB

Foto: Istimewa

JABAR

Budi Azhar Bersedia Jadi Ketua IPSI Kabupaten Sukabumi

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:13 WIB

Foto: Kemenag

HEADLINE

Keutamaan Niat Puasa

Sabtu, 1 Mar 2025 - 13:04 WIB

Foto: Istimewa

EKONOMI

Mustahil Tumbuh 8% Tanpa Industri yang Kuat

Sabtu, 1 Mar 2025 - 12:53 WIB