Angka kematian ibu dan bayi di Kota Bandung masih tinggi, meski ada penurunan dari tahun ke tahun, sehingga perlu upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak.
DARA – Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, pada 2019 total kematian bayi berjumlah 114 kasus. Kematian ibu 29 kasus.
Namun, di tahun 2020, angka kematian bayi turun jadi 82 kasus. Sedangkan angka kematian ibu juga turun jadi 28 kasus.
Kepala Dinkes Kota Bandung Ahyani Raksanagara menyebutkan, karakteristik kematian bayi di tahun 2020 paling banyak terjadi pada saat bayi berusia 0-6 hari, yaitu berjumlah 38 orang.
Sedangkan untuk ibu meninggal, sebanyak 14 orang terjadi pada saat nifas dan 42,9 persen penyebab kematiannya akibat pendarahan.
Menurut Ahyani, ada beberapa faktor penyebab kematian ibu dan bayi. Diantaranya, usia ibu terlalu muda, ibu tidak ikut KB, serta masalah gizi. Termasuk faktor sosial, seperti pekerjaan suami, pendidikan ibu dan suami, dan masalah pembiayaan.
“Apa yang bisa dicegah jauh-jauh hari sebelum kelahiran bayi? Salah satunya dengan mengikuti KB (Keluarga Berencana) dan KBPP (Keluarga Berencana Pasca Persalinan),” terangnya, saat menghadiri Workshop Sosialisasi Projek KBPP secara virtual, Selasa (19/1/2021).
Dia menerangkan, KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan. Sedangkan KBPP bertujuan untuk mengatur jarak kelahiran/kehamilan dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Sehingga setiap keluarga dapat merencanakan kehamilan yang aman dan sehat.
“Penyelesaian masalah kematian ibu dan anak tidak bisa diselesaikan oleh satu sektor, tapi harus diselesaikan oleh berbagai sektor sesuai fungsinya,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Nina Rachman menambahkan, mencegah sejak dini kehamilan yang berisiko, menjadi salah satu upaya menekan angka kematian ibu dan bayi.
“Bisa dilihat dari siklus usia subur wanita. Untuk itu, kita membuat kader-kader remaja agar mengingatkan temannya bagaimana mereka menjadi remaja berencana, yang kita sebut sebagai GenRe,” katanya.
Program GenRe (Generasi Berencana), bertujuan untuk menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang pendewasaan usia perkawinan.
Dengan itu, mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.
“Yaitu anak-anak muda dimatangkan, bagaimana mereka merencanakan. Bagaimana para remaja mengajak teman sebaya untuk menunda perkawinan dini. Termasuk bagaimana mereka menyiapkan diri untuk menghadapi usia pernikahan,” ujarnya.***
Editor: denkur