Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) akan menyusun buku Ensiklopedi Metode Pembelajaran Al-Qur’an di Indonesia.
DARA – Demikian disampaikan Direktur PD Pontren Waryono Abdul Ghafur saat memberi sambutan pada Peningkatan Kompetensi Metode Pembelajaran Al-Qur’an.
Kegiatan ini berlangsung di Tasikmalaya selama tiga hari, 24 – 26 Maret 2022. Forum yang diikuti praktisi pendidikan Al-Qur’an di wilayah Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah ini dibuka oleh Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani.
Hadir sebagai narasumber, penemu Metode Tasbih Dr. Rahman Muhammad Agus Tasbih dan pengembang metode Al-Jabari, Dr. Lilis Karyawati, M.Ag. Giat ini dihadiri pula oleh para pejabat dan staff Subdit Pendidikan Al-Qur’an.
Menurut Waryono, penyusunan buku ensiklopedi ini sekaligus bentuk apresiasi Kemenag kepada para ustadz Pendidikan Al-Qur’an yang telah berinovasi dan melahirkan berbagai varian metode pembelajaran Al-Qur’an. Buku ensiklopedi tersebut akan disusun dalam dua atau tiga bahasa, yaitu: Indonesia, Arab dan Inggris.
“Diharapkan buku ensiklopedi metode pembelajaran Al-Qur’an tersebut dapat di launching pada peringatan Hari Santri tahun 2022 ini,” ujar Waryono di Tasikmalaya, Sabtu (26/3/2022).
Dikatakan Waryono, saat ini banyak metode pendidikan Al-Qur’an yang dikembangkan oleh para ustadz. Penemuan metode tersebut terinspirasi dari problem di masyarakat yang mereka hadapi, sekaligu sebagai solusi bagaimana belajar Al-Qur’an menyenangkan dan dapat diterima dengan mudah. Oleh karena itu, kata Waryono, karya-karya tersebut perlu diapresiasi dan direkognisi.
“Jika belum memiliki hak kekayaan intelektual (HAKI), maka dapat difasilitasi oleh Subdit Pendidikan Al-Qur’an, agar karya tesebut terjaga otentisitasnya dan tidak mudah diklaim oleh pihak lain,” kata mantan Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, seperti dikutip dari laman resmi Kemenag, Selasa (29/3/2022).
Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani menyebutkan bahwa khasanah metode pembelajaran Al-Qur’an sangat luar biasa. Karya-karya yang ditemukan merupakan kombinasi hasil olah pikir yang kuat dan keikhlasan tanpa pamrih. Faktor ini yang mendominasi kenapa metode pembelajaran Al-Qur’an tetap eksis di masyarakat. Produk-produk metode tersebut harus ditanamkan sebagai kekayaan intelektual, bukan sekedar karya biasa.
“Metode pembelajaran Al-Qur’an sebagai legacy, khazanah intelektual Islam yang harus mendapatkan apresiasi dan dijadikan inspirasi,” ujar Guru Besar UIN Sunan Gunung Jati Bandung.
Kang Ali Ramdhani, demikian panggilan akrabnya, menambahkan bahwa suatu metode dapat teraktualisasi, sekurangnya dengan ‘tiga H’, yakni: head (kepala) yang merupakan kemampuan intelektual dalam memahami metodologi, heart (hati) sebagai upaya menanamkan kesadaran nurani yang terdalam sehingga memiliki keikhlasan maksimal, dan hand (tangan) sebagai implementasi dan aktualisasi metode agar dapat diaplikasikan di masyarakat.
Editor: denkur | Sumber: Kemenag