DARA | JAKARTA – Jaman sekarang, naik haji niatnya tak sekadar ibadah, tapi juga ada yang hanya sekadar wisata dan juga demi popularitas. Ada pergeseran makna dan tujuan, kata Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Khoirizi, Rabu (24/4/2019).
Menurutnya, saat ini ada fenomena yang berkembang ketika kalangan menengah ke atas di Indonesia menunaikan haji yaitu untuk wisata yang dibungkus dalam paket wisata religi, jalan-jalan, atau piknik.
“Haji kini bukan hanya untuk ibadah,” kata Khoirizi di hadapan 1.108 petugas haji yang sedang menjalani pembekalan terintegrasi untuk penugasan di Arab Saudi pada musim haji tahun ini.
Khoirizi juga menilai ada orang-orang yang menunaikan ibadah haji demi sebuah popularitas.
Menurutnya, berbagai kemudahan dalam berhaji, termasuk untuk perjalanan yang tidak perlu memakan waktu lama dan akomodasi yang semakin memadai, justru menjadikan makna dan nilai murni haji malah memudar. Padahal, dalam sejarahnya sejak zaman dahulu kala, bahkan sejak era pra-kemerdekaan perjalanan melaksanakan ibadah haji dianggap sebagai ibadah dengan makna dan tujuan yang sangat dalam.
“Dulu, orang naik haji semata-mata hanya karena ibadah,” kata Khoirizi seraya memaparkan, mereka yang berniat menunaikan ibadah haji di era ketika belum lazim digunakan pesawat terbang, rela menempuh perjalanan hingga berbulan-bulan, bahkan rela untuk terlebih dahulu melakukan magang, mondok, atau menuntut ilmu sesampainya di Tanah Suci.
“Dulu orang mau naik haji tiga bulan baru sampai,” tuturnya seperti dilansir Antara, Rabu (24/4/2019).
Maka, lantaran waktu dalam perjalanan yang dihabiskan memakan waktu berbulan-bulan, banyak di antara masyarakat dari Indonesia yang memilih untuk memperdalam ilmu agama di Tanah Suci sebelum kembali ke Tanah Air.***
Editor: denkur