Ratusan warga Garut mendapat pelatihan khusus dalam menggunakan platform media sosial, terutama dalam mengisi konten konten tertentu seperti krisis kepariwisataan di Kabupaten Garut.
DARA – Pelatihan diselenggarakan atas kerjasama Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Komisi X DPRI bertempat di Aula Hotel Harmoni, Jalan Cipanas Baru, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jumat (5/11/2021).
Anggota Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, mengatakan, pelatihan tersebut sebagai upaya keluar dari krisis pariwisata yang selama dua tahun ini menerjang Indonesia. Para peserta yang hadir diberikan pemahaman bagaimana menggunakan media sosial untuk membantu pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 dan pendidikan kebencanaan.
“Para peserta juga dilatih untuk bisa membuat konten media sosial, seperti untuk membantu mempromosikan pariwisata di Garut, termasuk membuat konten krisis kepariwisataan,” ujarnya di Hotel Harmoni Garut, Jumat (5/11/2021).
Ferdiansyah menyebutkan, dalam pelatihan tersebut nara sumber memberikan pendidikan motivasi bencana di sektor pariwisata. Pasalnya, banyak lokasi objek wisata di Garut masuk dalam wilayah bencana.
Menurut Ferdiansyah, pendidikan motivasi bencana itu diberikan kepada peserta untuk bisa mengcover informasi agar wisatawan masih mau datang ke Garut untuk berwisata.
“Hadi Kami bekerjasama dengan Kemenparekraf untuk memberikan pendidikan mitigasi bencana, karena banyak tempat wisata di Garut yang masuk pada wilayah rawan bencana,” ujarnya
Ferdiansyah mencontohkan, jika terjadi bencana di Garut, maka tidak sepenuhnya seluruh Kabupaten Garut lumpuh sektor pariwisatanya. Makanya pendidikan motivasi bencana itu diberikan kepada peserta untuk bisa mengcover informasi agar wisatawan masih mau datang ke Garut untuk berwisata.
“Misalnya kalau ada bencana di Pameungpeuk Garut itu bukan berarti seluruh Garut alami bencana dan bukan berarti tidak bisa menerima wisatawan,” ujarnya.
Ferdiansyah menyebutkan, pendidikan motivasi bencana tersebut bukan hanya kepada para pelaku usaha wisata saja, tetapi termasuk kepada wisatawannya, sekaligus mengingatkan kepada wisatawan masih banyak alternatif objek wisata yang relatif aman untuk dikunjungi.
Frdiansyah menuturkan, Kementrian Pariwisata memiliki Crisis Center yang nantinya bisa untuk mengolah seluruh informasi yang masuk dari masyarakat melalui media sosial,” katanya.
“Nantinya, informasi masyarakat yang disampaikan melalui media sosial baik informasi negatif atau positif akan diolah oleh Kementrian Pariwisata melalui fasilitas ‘Crisis Center,” katanya.***
Editor: denkur