Wilayah Indonesia masuk ke dalam ring of fire. Karena itu masalah kebencanaan dapat masuk ke dalam kurikulum TNI. TNI harus memiliki jiwa kemanusiaan guna membantu mengurangi kesulitan rakyat tanpa harus menunggu perintah atau instruksi.
DARA | PONTIANAK — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, berharap kebencanaan masuk ke dalam kurikulum TNI. Hal itu penting mengingat wilayah Indonesia berada dalam kawasan ring of fire dengan berbagai ancaman bencana alam dan masyarakat memiliki kerentanannya masing-masing di setiap daerah.
Selain itu, ia tidak ingin, nanti prajurit TNI menjadi lemah karena minimnya kapasitas tentang penanggulangan bencana, karena masalah kebencanaan juga menjadi urusan seluruh sektor termasuk TNI. “Karena semakin lama kita semakin lemah. Kita berada di negara dengan ancaman bencana alam seperti geologi, hidrometeorologi, kerusakan lingkungan dan sebagainya,” kata Doni, di hadapan 150 prajurit dan perwira TNI, pada Sosialisasi Penanggulangan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), di Aula Makodam XII/Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (2/12).
Menurut catatannya, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat menjadi penyumbang emisi gas efek rumah kaca terbesar di dunia akibat kebakaran lahan dan gambut. Ia menjelaskan, 80% gambut adalah fosil kayu dan dedaunan.
Jika gambut itu kering dan terbakar, menurut dia pula, sulit dipadamkan. Karena itu, ia meminta agar gambut dikembalikan ke kodratnya sebagai vegetasi yang basah dan menjadi solusi pencegahan.
“Yang di atas sedikit terbakar. Tapi di dalamnya bara gambut menyala dan yang mengganggu adalah asap dari terbakarnya gambut itu sendiri,” ujarnya.
Pada bagian lainnya, ia menegaskan, keselamatan rakyat harus menjadi tujuan utama. Hal tersebut menjadi hukum yang tertinggi dalam suatu negara. Pernyataannay itu ia kutip dari pepatah latin salus popui suprena lex.
“Keselamatan rakyat menjadi hukum tertinggi,” katanya.
Sosialisasi Penanggulangan Bencana Alam (Gulbencal) Karhutla, lanjut dia, diinisiasi sebagai upaya peningkatan pemahaman dan literasi yang diberikan kepada para prajurit TNI beserta komponennya dalam menghadapi ancaman bencana karhutla. Titik bertanya adalah usaha pencegahan.
Ia juga mengingatkan, tugas prajurit TNI tidak hanya berperang melawan penjajah. Tapi juga menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya, seperti yang diatur dalam Pasal 7 ayat 2 UU 34 tahun 2004 tentang operasi militer selain perang.
“Tentara hari ini harus bisa berperang menghadapi kerusakan lingkungan. Mengurangi penderitaan rakyat,” ujar Doni.
Menurut dia, prajurit TNI juga harus memiliki jiwa kemanusiaan guna membantu mengurangi kesulitan rakyat tanpa harus menunggu perintah atau instruksi. Oleh karena itu, Doni berharap para prajurit dapat menjadi pelopor yang memberi solusi bagi kesulitan rakyat khususnya dalam bidang lingkungan.
“Jangan menunggu komando atau instruksi. Kita harus tanamkan dari hati dan jiwa dalam rangka mengatasi kesulitan rakyat,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan