Pemerintah Provinsi Jawa Barat, bekerja sama dengan Unpad dan ITB, membuat alat rapid test lokal dengan harga yang lebih murah dari product import.
DARA | BANDUNG – Hesti Lina, dosen FK Unpad mengatakan, di awal pandemi Covid-19, pemerintah memiliki keterbatasan VTM karena bergantung pada product import, sehingga harganya juga cukup mahal.
Hesti menuturkan, awal menggagas membuat alat rapid tes Vitpad VTM tercetus karena mengingat perlunya test massal, dan juga membutuhkan jumlah pemeriksaan yang bayak dan harus bisa menjangkau wilayah-wilayah pelosok.
“Hal itu membuat kami memikirkan kembali bagaimana kita bisa membuat VTM produk lokal yang juga memiliki kualitas yang baik dan tahan di suhu kamar,” ujarnya ditemui usai konferensi pers di Gedung Sate, Bandung, Kamis (25/6/2020).
Terkait perbedaan harga satuan antara rapid test buatan lokal Jabar dengan produk luar import tersebut, ia menjelaskan harga antara kedua produk tersebut sangat jauh perbedaannya.
“Kalau untuk anti gen itu Rp400ribu kalau untuk anti bodynya berkisar Rp450ribu. Sedangkan untuk produk lokal itu seperti yang gubernur sampaikan, sekitar Rp100ribu atau sedikit dibawah itu,” jelasnya.
Namun, menurutnya alat tersebut tidak bisa dipakai oleh masyarakat awam., sebab sulit menggunakan alat tersebut tanpa bantuan tenaga ahli.
“Ini hanya bisa dibeli oleh laboratorium atau institusi kesehatan, karena ada proses swabnya karena itu tidak mudah dan harus di bantu oleh tenaga kesehatan,” ujarnya.***
Editor: denkur