Selama mengikuti event ini dirinya mendapatkan banyak kesan, terlebih dalam proses kurasi inovasi dirinya juga mendapat banya kritikan membangun dari para kurator.
DARA– Kabar membanggakan datang dari ajang Youth Innovation Hunt, dua pemuda asal Garut yakni Fathir Agung Cahya dan Rafli Muhamad Ridhwan, mampu menembus 8 besar dari rangkaian Acara Youth 20.
Youth Innovation Hunt merupakan bentuk keterlibatan anak muda Indonesia dalam melakukan inovasi serta menginspirasi masyarakat yang dilakukan dengan cara kurasi oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebagai kurator utamanya dan para curator yang expert di bidangnya sesuai dengan empat tema prioritas Y20.
Dalam lomba ini ada 4 tema yang dilombakan yakni Ketenagakerjaan Pemuda, Transformsi Digital, Planet yang Layak Huni dan Berkelanjutan, serta Keberagaman dan Inklusi, yang mana kedua pemuda asal Garut ini menjadi finalis untuk dua tema yang berbeda yaitu Rafli menjadi finalis di kategori Ketenagakerjaan Pemuda sedangkan Fatir finalis untuk kategori Transformasi Digital.
Rafli yang baru lulus dari SMKN Kehutanan Negeri Kadipaten ini mengikuti Youth Innovation Hunt dengan menggagas sebuah inovasi bernama Coding Compost, sebuah program pengolahan sampah organik menggunakan maggot yang bisa menghasilkan uang untuk dijadikan biaya belajar coding.
“Dari saya itu nama inovasinya yaitu coding compost, jadi coding compost itu adalah pengolahan sampah yang menggunakan maggot, tapi dari hasil pengolahan tersebut nanti bisa dikumpulkan lalu dikonversikan menjadi uang atau dijadikan biaya untuk belajar coding,” ujarnya, Jumaat (17/6/20022).
Rafli mengatakan, selama mengikuti event ini dirinya mendapatkan banyak kesan, terlebih dalam proses kurasi inovasi dirinya juga mendapat banya kritikan membangun dari para kurator.
“Ya cukup menyenangkan juga, cukup menegangkan, terus yang sangat terkesan itu waktu kuratornya sendiri, waktu sesi zoom sama kurator karena di situ banyak istilahnya kritik-kritik yang membangun buat inovasinya saya sendiri,” ucapnya.
Sementara itu, Fatir yang kini masih duduk di bangku kelas XI SMAN 1 Garut ini, mengungkapkan, untuk Youth Innovation Hunt, dirinya mengikutsertakan sebuah inovasi bernama MERE akronim dari Metakeun Rerencangan.
Mere ini, menurutnya, merupakan sebuah aplikasi yang nantinya diharapkan mampu menyediakan sebuah data anak-anak dari prasejahtera. Sehingga, para donatur yang akan memberikan bantuan bisa langsung ke orang bersangkutan atau tepat sasaran.
“Di aplikasi itu ada bisa munculin kayak google maps tapi yang muncul itu bukan tempat makan atau restoran atau hotel, tapi anak-anak dari keluarga prasejahtera gitu. Nah kami harap para donatur bisa membantu secara langsung tanpa ada perantara, jadi bisa langsung dan dananya tersalurkan,” katanya.
Fatir mengakui, dirinya bahagia karena bisa menjadi salah seorang finalis dalam kegiatan youth innovation hunt ini. Apalagi, beberapa peserta yang mengikuti event lomba ini didominasi oleh mahasiswa dan juga ada yang bergelar doktor.
“Cukup senang ya soalnya sudah lama egga ikut lomba kayak gini juga, terus cukup tegang soalnya kan rata-rata yang lainnya itu ada yang kuliah, ada yang doktor malahan, minimalnya pun ada mahasiswa biasanya, justru kalau dilihat saya itu salah satu peserta termuda di situ,” ucapnya.
Editor: Maji