Nurdin mengatakan penciptaan kerupuk melarat pada awalnya berkaitan dengan depresi ekonomi yang melanda dunia pada tahun 1920-an.
DARA| CIREBON- Kerupuk melarat salah satu kuliner khas Cirebon yang saat ini banyak digemari para pengunjung maupun penduduk asli. Kerupuk yang satu ini biasanya menjadi buruan para pembeli dari luar kota sebagai buah tangan.
Bentuknya yang unik dan warna-warni, kerupuk melarat ini memiliki ciri khas tersendiri yakni digoreng tanpa menggunakan minyak goreng. Nama kerupuk melarat bukanlah nama pertama yang diberikan pembuat kerupuk tersebut pada 1926. Sebelumnya bernama Kerupuk Mares.
“Nama kerupuk mares berubah menjadi kerupuk melarat sekitar tahun 1980 an,” ujar Pengamat Sejarah dan Budaya Cirebon Nurdin M. Noor seperti dikutip dara.co.id dari ciayumajakuning.id.
Depresi Ekonomi 1920
Nurdin menjelaskan, nama kerupuk mares berarti ‘tanah’ dan ‘ngeres’ atau olahan pasir yang kasar. Nama kerupuk mares kemudian berubah menjadi kerupuk melarat sekitar tahun 1980 an.
Sebutan kerupuk melarat tersebut, kata dia, diberikan kepada orang kota karena dianggap sebagai simbol orang miskin. Terlihat dari cara menggorengnya tidak menggunakan minyak tanah.
“Kerupuk melarat digoreng pakai pasir. Saat itu kerupuk melarat dianggap sebagai cemilan yang terbuang,” ujar Nurdin.
Nurdin mengatakan penciptaan kerupuk melarat pada awalnya berkaitan dengan depresi ekonomi yang melanda dunia pada 1920-an. Belanda yang masih menjajah Indonesia juga ikut terkena imbasnya, begitu pula dengan Indonesia.
Akibat depresi ekonomi, masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng untuk menggoreng kerupuk. Namun, kondisi itu justru mendorong warga lebih kreatif.
“Masyarakat pun menggoreng kerupuk dengan menggunakan pasir sebagai pengganti minyak dan hasilnya malah enak. Kerupuk melarat itu hasil kreativitas masyarakat Pantura Cirebon,” kata Nurdin.
Sebenarnya tidak hanya kerupuk melarat yang berhasil diciptakan dalam masa-masa susah itu. Warga Pantura juga membuat beberapa camilan khas Cirebon lainnya, seperti tike, umbi, lantak, dan emping.
“Kerupuk melarat biasanya dipadukan dengan sambal khas Cirebon, seperti sambal asam, sambal dage atau oncom,” ujar Nurdin.
Saat ini, kerupuk yang identik dengan masyarakat miskin tersebut semakin digandrungi semua kalangan. Terlebih masyarakat di luar Cirebon.
“Salah satu penyebab macet juga banyak pemudik yang berhenti di sepanjang Jalan Tengah Tani untuk beli kerupuk melarat karena itu salah satu sentra home industry,” kata Nurdin.
Editor : Maji