DARA | BANDUNG — Menurut Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan kopi harus memiliki kesejahteraan yang memadai. Kehadiran kopi dengan kualitas terbaik tidak lepas dari tangan dingin pelaku industri kopi atau para pihak yang terlibat di dalam proses pembuatannya, mulai dari petani, pemetik, hingga pembuatnya.
“Kalau tadi dilaporkan (gaji pelaku industri kopi) masih banyak di bawah UMR, saya kira nanti kita harus perbaiki. Kita harus teliti masalah market-nya ada di mana. Tapi tidak boleh ada yang tertinggal, istilah saya tadi ekonomi Pancasila,” ujarnya, dalam sebuah kegiatan di Bnadung, akhir pekan lalu.
Di tempat yang sama, Komisioner PT Belajar Kopi Bersama (5758 Coffee Lab.), Andi K Yuwono, bercerita tentang perkembangan kopi di Indonesia, khususnya di Jawa Barat dan dunia. Menurut dia, bisnis kopi tumbuh karena banyak pihak, seperti peran UMKM serta upaya kreatif dan mandiri dari para kreator muda.
Dengan perkembangan tersebut, kualitas kopi yang dihasilkan juga menjadi perbandingan. Hal itu, ditentukan oleh dua hal yakni skill dan pendapatan yang menjanjikan bagi para pelaku bisnis kopi.
“Masalahnya ada dua. Di sektor kafe yakni skill (barista), harus tumbuh karena adanya tuntutan konsumen. Kedua, barista bisa menjadi profesi yang menjanjikan,” kata dia.
Untuk itu, Andi berharap ada perhatian dan dorongan dari pemerintah guna meningkatkan kualitas barista dan menjadikan barista dan pelaku kopi lainnya sebagai profesi yang menjanjikan. “Kita harus menyiapkan skema (strategi) untuk meningkatkan kualitas barista,” katanya.***
Editor: Ayi Kusmawan