Potensi ancaman bencana yang diprediksi terjadi pada penghujung tahun 2019 hingga pertengahan 2020 akan lebih banyak akibat faktor cuaca yang diikuti jenis bencana hidrometeorologi. BMKG meminta masyarakat meningkatkan kapasitas menghadapi ancaman bencana banjir, longsor, gelombang tinggi pada bulan Desember, Januari dan Feburari.
DARA | JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, menyebutkan, ketegasan pemimpin daerah menjadi tolak ukur ketangguhan masyarakat dalam menanggulangi bencana.
Ia menyebutkan hal itu dalam Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Bencana Banjir Bandang Tanah Longsor dan Angin Puting Beliung, di ruang serbaguna Dr. Sutopo Purwo Nugroho, Graha BNPB, Jakarta, kemarin. Mengutip salah satu ungkapan filsafat latin Salus Populi Suprema Lex, ia mengisyaratkan, rakyat harus mendapatkan tempat dan perhatian yang utama.
Keselamatan rakyat, menurut dia, menjadi hukum yang tertinggi dan masyarakat harus diutamakan dan diperhatikan karena berpotensi memiliki kerentanan tinggi. “Rakyat harus mendapatkan perhatian yang utama.”
Menyinggung masalah tren bencana yang terjadi sepanjang tahun 2019, dia mengungkapkan, 98 persen laporan yang dicatat BNPB merupakan bencana hidrometeorologi. Dari prosentase tersebut sedikitnya ada 3.622 peristiwa.
Dalam kurun waktu tersebut, lanjutnya, banjir dan longsor menjadi bencana yang serius mengingat besaran korban jiwa dan kerugian material dari dampaknya. Kendati demikian, angin puting beliung masih mendominasi sebagai bencana yang paling banyak terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia.
Melihat berbagai ancaman tersebut, dia mengingatkan pemerintah daerah dan seluruh komponen yang terkait segera melakukan upaya pencegahan dengan menyusuri sungai untuk memeriksa berbagai potensi yang dapat menjadi ancaman dan membahayakan masyarakat. Selain itu, Doni juga menghimbau agar masyarakat tidak menyalahkan pohon saat puting beliung melanda.
Doni mencontohkan langkah yang tepat untuk mengantisipasi ancaman puting beliung dengan cara memangkas ranting dan cabang yang dapat memberi beban pohon hingga dapat dirobohkan angin. “Jangan salahkan pohon kalau ada puting beliung. Manusia yang ada di sekitarnya lah yang harus melakukan upaya pencegahan dengan mengurangi beban pohon, pangkas ranting dan cabangnya, jangan tebang pohonnya.”
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Agus Wibowo, mengingatkan pula, potensi ancaman bencana yang diprediksi terjadi pada penghujung tahun 2019 hingga pertengahan 2020 akan lebih banyak akibat faktor cuaca yang diikuti jenis bencana hidrometeorologi. BMKG dalam hal ini meminta masyarakat meningkatkan kapasitas menghadapi ancaman bencana banjir, longsor, gelombang tinggi pada bulan Desember, Januari dan Feburari.
Pada kurun waktu bulan-bulan tersebut curah hujan diprediksi tinggi di sejumlah wilayah seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Papua. Namun, lanjut dia, BMKG mengatakan, setiap daerah tidak semua akan mengalami hal yang sama dengan wilayah lain.
Ia menyebutkan, memasuki bulan Maret, April, dan Mei 2020, lanjut dia, BMKG meminta masyarakat waspada dalam menghadapi potensi ancaman bencana seperti puting beliung dan hujan es, sebagai tanda dari masa peralihan musim atau pancaroba. Sedangkan untuk bulan Juni, Juli, hingga Agustus sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau dengan ancaman bencana kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan.***
Editor: Ayi Kusmawan