Khutbah Jumat: Tiga Perkara Di Balik Sikap Istiqamah

Jumat, 30 Agustus 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto: Istimewa/mui.or.id

Foto: Istimewa/mui.or.id

اَلَسَّلامُ عَليْكُمْ وَرَحْمَةاُللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُٰمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

قاَلَ تعَاَلٰى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَهُوَ اَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ : أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ : فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Para hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT…

Alhamdulillah pada kesempatan Jumat yang mulia ini, kita masih senantiasa diberikan rahmat hidayah serta inayah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga kita diberikan kemudahan untuk mengungkapkan rasa syukur dengan melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat wal’afiat.

Sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sebenar-benar keimanan dan sebaik-baik ketakwaan, minimal dengan jalan imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahi yaitu menjalankan apa pun yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berupaya dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi apa pun yang dilarang-Nya.

Para hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah SWT…

Kita hidup di dunia bukan hanya untuk main-main semata, melainkan ada tujuan yang sangat mulia dari kehidupan kita di dunia ini yaitu untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan yang harus kita yakini dan pegang teguh dalam diri kita adalah kita hidup bukan sekedar beribadah, tetapi yang lebih penting lagi adalah senantiasa istiqamah dalam beribadah. Berapa banyak orang mampu melakukan shalat malam, tapi sulit untuk istiqamah melaksanakan shalat malam tersebut.

Berapa banyak di antara kita yang mampu melakukan puasa, tapi tidak mudah untuk istiqamah dalam menjaga puasa-puasa sunnah tersebut. Bahkan shalat fardhu yang wajib kita lakukan sehari semalampun masih banyak yang tidak dilaksanakan dengan sempurna.

Maka seyogianya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar kita senantiasa diistiqamahkan dalam beramal shalih, sampai kita meninggal dunia, sampai kita bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan membawa ibadah dan amal shalih yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang akan meninggal di atas kebiasaannya. Maka kebiasaan-kebiasaan yang mulia itu jangan sampai kita tinggalkan.

Memang setiap amal perbuatan pasti ada masa-masa semangat, dan setiap masa semangat akan ada masa-masa surut semangatnya. Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَةً وَلِكُلِّ شِرَةٍ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ شِرَتُهُ إِلَى سُنَّتِيْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذٰلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

“Setiap amal ada masa semangatnya, dan setiap masa semangat ada masa lemahnya, Siapa yang masa lemahnya tetap kepada sunnahku, maka dia telah beruntung. Tapi siapa yang masa lemahnya bukan kepada sunnah, sungguh ia telah binasa.” (HR Ahmad)

Jamaah Shalat Jumat yang Dimuliakan Allah
Istikamah atau istiqamah dalam terminologi Islam adalah hal berpendirian kuat atau teguh pendirian. Dalam KBBI, istikamah berarti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.

Adapun menurut istilah, istiqamah adalah tetap dalam pendirian, yaitu ketetapan hati untuk selalu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang baik atau berketetapan hati, tekun, dan terus-menerus menggiatkan usahanya untuk mencapai cita-citanya. Dalam Islam, istiqamah secara spesifik adalah sebuah komitmen dan konsisten dalam tauhid, ibadah, dan akhlak.

Seseorang yang memiliki sifat istiqamah itu laksana batu karang yang berada di tengah lautan yang tidak goyah sedikit pun, meskipun dihantam oleh gempuran gelombang yang besar.

Sikap istiqamah secara garis besar adalah bagaimana melakukan kebaikan-kebaikan yang dilakukan secara konsisten dan ajeg walaupun kebaikan itu sifatnya sederhana atau kecil nilainya dan itu lebih dicintai Allah daripada berbuat baik bernilai besar, namun hanya sekali.

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Artinya, “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS al-Zalzalah ayat 7-8)

Istiqamah merupakan hal yang sangat penting dan urgent bagi umat Islam yang mengharap kebaikan-kebaikan yang lebih dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya:

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Hud:112)

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Setelah kita mengetahui tentang istiqamah dan pentingnya istiqamah, tentu kita harus mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus kita lakukan agar kita bisa beristiqamah dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Marilah kita kaji apa yang harus kita lakukan agar bisa istiqomah dalam kebaikan dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, diantaranya adalah :

Yang pertama, mencari amal kebaikan yang ringan dan mudah dilakukan. Dalam beramal saleh, cukup kita cari amalan yang ringan bagi kita. Karena apabila kita melakukan amalan yang berat bisa jadi amaliah itu tidak bertahan lama, bertahan sebentar saja dalam mengamalkannya, tidak banyak orang diberi kelebihan dalam melaksanakan amal yang berat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagai contoh misalnya kita membiasakan membaca Alquran harian dimulai dengan membaca lima ayat sehari atau satu lembar Alquran sehari, atau bahkan sehari cukup satu ayat saja. Tapi ini lebih baik daripada kita membaca Alquran sebanyak-banyaknya dalam sehari tapi kemudian tidak pernah membacanya lagi.

Mengapa kita sulit istiqamah? Karena di dalam pikiran kita tertanam yang namanya ibadah itu harus banyak jumlahnya, tidak boleh sedikit hal ini membuat kita merasa berat dan segan untuk melaksanakannya.
Baca Alquran harus minimal lima halaman, shalat tahajud minimal baca surah yang panjang. Justru pikiran seperti inilah yang menghalangi kita untuk istiqamah.

Oleh karena itu mulai dari sekarang, kita tanamkan pikiran dalam diri kita, tidak mengapa beramal saleh dengan jumlah sedikit, daripada tidak beramal saleh sama sekali yang penting terus menerus atau istiqamah.

Tidak masalah baca Alquran hanya satu ayat sekali baca, daripada seharian tidak pernah membuka mushaf. Tidak masalah kita memberi shodaqoh hanya dua ribu rupiah, namun yang dua ribu ini bisa didawami setiap hari.

Sebab, amalan yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah amalan yang sedikit namun selalu dilakukan setiap saat.

Sidang Jumat yang
berbahagia…

Yang kedua adalah senantiasa meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Perlu kita ketahui, bahwa ketika kita beribadah tanpa meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini berarti menunjukkan bahwa diri kita adalah pribadi yang sombong.

Kita menganggap diri kita mampu dan merasa hebat padahal kemampuan kita sebagai manusia ada batasnya, hingga suatu waktu kita akan merasa payah dan lemah sdan enggan untuk melakukan amaliah yang biasa kita lakukan.

Oleh Karena kita harus senantiasa memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberikan pertolongan dan kekuatan untuk beristiqamah dalam beramal shalih dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena tanpa meminta kemudahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, bagaimana kita bisa istiqamah dalam beramal saleh dan beribadah kepada-Nya?

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mencontohkan kepada kita semua, doa yang paling sering beliau ucapkan adalah doa dalam meminta keistiqamahan.

Diriwayatkan dari sahabat Syahr bin Hausyab, beliau bertanya kepada Ummu Salamah, salah seorang istri baginda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam :

عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ قَالَ قُلْتُ لِأُمِّ سَلَمَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ مَا كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

Dari Syahr bin Hausyab berkata, “Aku berkata kepada Ummu Salamah, ‘Wahai Ummul mukminin, apakah doa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang paling sering beliau baca apabila bersamamu?’ Ia berkata, ‘Doa beliau yang paling sering adalah, Yaa muqallibal qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinika’ yang artinya; Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.’” (HR At Tirmidzi)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah makhluk Allah yang paling mulia d iatas bumi ini. Sejak diciptakannya manusia pertama, yaitu nabi Adam ‘alaihissalam hingga manusia terakhir kelak, makhluk yang paling mulia adalah beliau shallallahu alaihi wa sallam.

Satu-satunya manusia yang telah dijamin masuk surga, diampuni seluruh dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Walaupun demikian tetap saja doa yang paling sering beliau baca adalah doa meminta keistiqomahan dalam beribadah.

Maka kita sebagai manusia yang belum mendapat jaminan apa-apa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, belum ada jaminan bahwa setiap sujud dan taubat kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, lebih pantas lagi untuk meminta keistiqomahan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Yang ketiga adalah jangan pernah merasa sombong dengan amal kebaikan kita. Dalam tafsir Ibnu Katsir, dan juga tafsir Ath-Thabari,disebutkan dahulu sebelum dilaknat oleh Allah Subhanahui wa Ta’ala, iblis bernama Azazil.

Azazil adalah makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling banyak beribadah serta luas pengetahuannya.

Bahkan tidak ada satupun dari para malaikat yang menandinginya.
Tapi ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada seluruh malaikat termasuk Azazil untuk memberi sujud penghormatan kepadanya. Azazil tidak mau sujud kepada Adam ‘alaihissalam karena Kesombongannya. Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 12:

قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗقَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ ۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ

“(Allah) berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?’ (Iblis) menjawab, ‘Aku lebih baik daripada dia.

Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah’.” (QS. Al-A’raf: 12)
Azazil yang dahulunya adalah makhluk Allah yang paling taat, menjadi makhluk yang paling hina, bahkan dilaknat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena kesombongannya.

Maka janganlah kita merasa sombong dan berbangga dengan amal kebaikan kita. Karena kita dapat melaksanakan amal ibadah kita selama ini semata-mata karena kekuatan dan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan dari kekuatan ataupun kemampuan kita sendiri. Jangan sampai karena kesombongan kita membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut keistiqomahan dari hidup kita, na’udzubillahi minzalik, kita mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hal yang demikian.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita dapat memahami sikap istiqamah dan selalu berniat serta berusaha untuk beristiqamah dalam beramal kebaikan dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kemudahan kepada kita untuk bisa beristiqomah. Amin ya Rabbal ‘aalamiin

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ مِنِّي وَ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَ لَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artikel ini sebelumnya sudah ditayangkan di laman mui.or.id dengan judul yang sama dan ditulis oleh KH HM Aslie Elhusyairy, S Ag, Ketua 6 MUI Kota Tangerang, juga Ketua BAZNAS Kota Tangerang.

Editor: denkur

 

Berita Terkait

Malam Tahun Baru di Kota Bandung, Ini Enam Masjid Pilihan untuk Muhasabah
Jangan Larang Anak-anak ke Masjid dengan Alasan Takut Kotor
Kurikulum Berbasis Toleransi, Kemenag Terbitkan Buku Teks PAI dan Budi Pekerti
Inilah Sederet Doa Nabi Muhammad yang Cocok Dibaca di Hari Maulid Nabi
Daftar ke KPU Jakarta, Bang Emil-Suswono Diantar Ondel-ondel, Pramono Anung-Rano Karno Naik Oplet Si Doel
Program Qur’an Call dan Tuli Mengaji Raih Penghargaan dalam Ajang Zakat Awards 2024
UPTQ UIN SGD Bandung Mencetak Generasi Qurani
Catatan Diskusi Paramadina: “Etika Islam tentang Perang dan Damai”
Berita ini 60 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 23 Desember 2024 - 15:14 WIB

Malam Tahun Baru di Kota Bandung, Ini Enam Masjid Pilihan untuk Muhasabah

Selasa, 10 Desember 2024 - 11:00 WIB

Jangan Larang Anak-anak ke Masjid dengan Alasan Takut Kotor

Rabu, 20 November 2024 - 13:41 WIB

Kurikulum Berbasis Toleransi, Kemenag Terbitkan Buku Teks PAI dan Budi Pekerti

Senin, 16 September 2024 - 12:54 WIB

Inilah Sederet Doa Nabi Muhammad yang Cocok Dibaca di Hari Maulid Nabi

Jumat, 30 Agustus 2024 - 10:51 WIB

Khutbah Jumat: Tiga Perkara Di Balik Sikap Istiqamah

Berita Terbaru

Tiga narapidana Lapas Garut beragama Nasrani mendapat remisi khusus Hari Raya Natal, Rabu (25/12/204)(Foto: Istimewa)

JABAR

Natal 2024, Tiga Napi Lapas Garut Dapat Remisi Khusus

Rabu, 25 Des 2024 - 15:42 WIB