Mak Itoh nenek berusia 80 tahunan. Hidup sebatang kara dan tinggal di rumah gubug nan reyod di kaki Gunung Buleud.
DARA | Demi mempertahankan hidupnya, Mak Itoh menjadi pengrajin tusuk sate yang hasilnya tidak seberapa itu.
Mak Itoh tepatnya tinggal di Kampung Pasir Tengah RT04 RW09 Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat.
Memang sudah sejak lama, Mak Itoh hidup menyendiri. Usianya yang sudah renta, tidak banyak yang bisa ia lakukan. Satu-satunya pekerjaan rutinnya hanya menjadi pengrajin tusuk sate. Itupun dengan berbagai keterbatasan, hasilnya tidak seberapa.
“Paling bisa, emak hanya bisa membuat 200 tusuk sate dalam sehari. Emak udah tua, suka pusing dan ini perut emak suka sakit,” tuturnya, saat ditemui di rumahnya, Jum’at (23/6/2023).
Tusuk sate yang dibuatnya dihargakan tidaklah besar. Secara umum saja, 1.000 biji tusuk sate hanya bisa dihargakan Rp9.000.
Dalam kondisi serba keterbatasan, membuat tusuk sate bagi Mak Itoh sebagai upaya mengalihkan rasa sakit di bagian perutnya.
Jika rasa sakitnya tidak bisa ditahan, ia hanya bisa berbaring. Untuk pergi berobat, selain karena keterbatasan langkahnya, ia mengaku tidak punya uang.
Untuk makan sehari-hari saja, tidak cukup dengan mengandalkan dari pekerjaannya.
Paling-paling diberi kerabatnya yang rumahnya tidak jauh dari kediamannya. Atau mengandalkan bantuan yang diberikan Pemerintah Desa dari dana BPNT. “Dari jualan tusuk sate ini juga, emak belikan buat makan,” ungkapnya.
Rumah Mak Itoh, terdiri dari ruangan tengah dan ruang tidur, tanpa kamar mandi. Untuk kebutuhan mandi dan cuci, ia nebeng di rumah kerabatnya yang berada di belakang rumahnya.
Bagi yang kondisi fisiknya normal, letak rumah kerabatnya itu tidak terlalu jauh. Hanya beberapa langkah saja, sudah sampai.
Namun dengan kondisi Mak Itoh yang sudah renta, memerlukan perjuangan tersendiri untuk sampai di lokasi.
Sayangnya, hingga kini Mak Itoh belum menerima bantuan untuk membuat jamban dari pemerintah. Jangankan untuk jamban, sekedar bantuan sosial saja, ia mengakui belum mendapatkannya.
“Emak mah, belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah. Hanya lihat saja, yang lain suka dapat,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua RW 08 Desa Tanjungwangi, Heri membenarkan jika beberapa warga di daerah itu belum mendapat bantuan sosial dari pemerintah.
“Paling saya subsidikan, dari mereka yang dapat, warga yang tidak dapat seperti Mak Itoh, ya kita berikan,” katanya.
Heri berharap, warganya diperhatikan dengan bantuan, baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk ketersediaan air bersih, plus MCK.
“Di sekitar sini saja, ada beberapa warga yang nggak punya jamban. Bahkan ada yang anaknya stunting,” imbuhnya.
Editor: denkur