Kisah Stasiun Kereta Api Pangandaran yang Kini Tinggal Kenangan, Ratusan Nyawa Melayang Saat Kerja Paksa

Senin, 7 Maret 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Stasiun Kereta Api Pangandaran tinggal kenangan (Foto: HarapanRakyat/Istimewa)

Stasiun Kereta Api Pangandaran tinggal kenangan (Foto: HarapanRakyat/Istimewa)

Stasiun kereta api Pangandaran berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. Stasiun yang berada di Pananjung itu berhenti beroperasi sejak tahun 1984. Inilah sekilas kisahnya.


DARA – Adalah Endang Sunarya, lelaki yang sempat menjadi karyawan di stasiun kereta api Pangandaran dari tahun 1977 hingga 1984. Ia saksi hidup bagaimana ramainya suasana stasiun itu dalam keseharian.

Saat masa kejayaannya, tutur Endang, Stasiun Keeta Api Pangandaran selalu ramai didatangi masyarakat lokal dan wisatawan dari berbagai daerah. Mereka hendak liburan.

“Stasiun Kereta Api Pangandaran dulu sempat mendapatkan renovasi, tapi tahunnya saya lupa lagi. Bahkan Lokomotif D301 juga pernah melintasi jalur kereta api Banjar-Pangandaran. Namun hanya beberapa saat saja,” ujar Endang seperti dikutip dara.co.id dari HarapanRakyat.com, Senin (7/3/2022).

Dulu, kata Endang, saat pembangunan jalur kereta api mulai dari Cijulang hingga Banjar, masyarakat Pangandaran ikut serta dalam pembangunanya, termasuk saat membangun Stasiun KA.

Namun, tidak sedikit nyawa melayang akibat kerja paksa yang ditanamkan penjajah Belanda, sehingga jalur tersebut memiliki nilai historis yang panjang dalam catatan sejarah perkeretaapian Indonesia.

Kekinian kondisi Stasiun Kereta Api Pangandaran itu sangat memperihatinkan. Padahal, itu adalah bukti sejarah yang selayaknya diabadikan untuk diketahui oleh generasi muda kedepan.

Stasiun KA Pangandaran kini tinggal kenangan. Konstruksi bangunannya masih terlihat kokoh. Batu-batu yang terpasang pada sebagian tembok bangunan menjadi ciri khas arsitektur Belanda.

Namun, pada bagian lain kondisi bangunannya sudah rusak parah akibat tidak terawat. Sebagian temboknya mengalami retak-retak. Begitu juga material kayu yang tersisa sebagian sudah lapuk dimakan usia.

Editor: denkur

Berita Terkait

Perang Sarung di Sukabumi, Seorang Remaja Kena Bacok
Ayep Zaki Siap Jalankan Hasil Retret, termasuk Soal Efisiensi Anggaran
Bupati Sukabumi: ASN Harus Kompak
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi: Hentikan Alih Fungsi Lahan di Puncak Bogor
Dibaca Usai Tarawih, Berikut Bunyi Doa Kamilin dan Terjemahannya
Berapa Besaran THR di Era Prabowo? Ini Dia Beritanya
Siaran Ramadan di Medsos Harus Edukatif dan Ramah Anak
Ramadan tak Sekadar tentang Ibadah Pribadi
Berita ini 32 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 3 Maret 2025 - 15:46 WIB

Perang Sarung di Sukabumi, Seorang Remaja Kena Bacok

Senin, 3 Maret 2025 - 15:32 WIB

Ayep Zaki Siap Jalankan Hasil Retret, termasuk Soal Efisiensi Anggaran

Senin, 3 Maret 2025 - 15:18 WIB

Bupati Sukabumi: ASN Harus Kompak

Minggu, 2 Maret 2025 - 10:16 WIB

Dibaca Usai Tarawih, Berikut Bunyi Doa Kamilin dan Terjemahannya

Minggu, 2 Maret 2025 - 09:53 WIB

Berapa Besaran THR di Era Prabowo? Ini Dia Beritanya

Berita Terbaru

Masjid Al Jabbar (Foto: Ist)

BANDUNG UPDATE

Jadwal Buka Puasa Wilayah Bandung Raya Hari Ini

Senin, 3 Mar 2025 - 16:06 WIB

JABAR

Perang Sarung di Sukabumi, Seorang Remaja Kena Bacok

Senin, 3 Mar 2025 - 15:46 WIB

Bupati Sukabumi, Asep Japar (Foto: Istimewa)

JABAR

Bupati Sukabumi: ASN Harus Kompak

Senin, 3 Mar 2025 - 15:18 WIB