Stasiun kereta api Pangandaran berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. Stasiun yang berada di Pananjung itu berhenti beroperasi sejak tahun 1984. Inilah sekilas kisahnya.
DARA – Adalah Endang Sunarya, lelaki yang sempat menjadi karyawan di stasiun kereta api Pangandaran dari tahun 1977 hingga 1984. Ia saksi hidup bagaimana ramainya suasana stasiun itu dalam keseharian.
Saat masa kejayaannya, tutur Endang, Stasiun Keeta Api Pangandaran selalu ramai didatangi masyarakat lokal dan wisatawan dari berbagai daerah. Mereka hendak liburan.
“Stasiun Kereta Api Pangandaran dulu sempat mendapatkan renovasi, tapi tahunnya saya lupa lagi. Bahkan Lokomotif D301 juga pernah melintasi jalur kereta api Banjar-Pangandaran. Namun hanya beberapa saat saja,” ujar Endang seperti dikutip dara.co.id dari HarapanRakyat.com, Senin (7/3/2022).
Dulu, kata Endang, saat pembangunan jalur kereta api mulai dari Cijulang hingga Banjar, masyarakat Pangandaran ikut serta dalam pembangunanya, termasuk saat membangun Stasiun KA.
Namun, tidak sedikit nyawa melayang akibat kerja paksa yang ditanamkan penjajah Belanda, sehingga jalur tersebut memiliki nilai historis yang panjang dalam catatan sejarah perkeretaapian Indonesia.
Kekinian kondisi Stasiun Kereta Api Pangandaran itu sangat memperihatinkan. Padahal, itu adalah bukti sejarah yang selayaknya diabadikan untuk diketahui oleh generasi muda kedepan.
Stasiun KA Pangandaran kini tinggal kenangan. Konstruksi bangunannya masih terlihat kokoh. Batu-batu yang terpasang pada sebagian tembok bangunan menjadi ciri khas arsitektur Belanda.
Namun, pada bagian lain kondisi bangunannya sudah rusak parah akibat tidak terawat. Sebagian temboknya mengalami retak-retak. Begitu juga material kayu yang tersisa sebagian sudah lapuk dimakan usia.
Editor: denkur