DARA | BANDUNG – Warga Kabupaten Bandung terdampak genangan menilai pembangunan kolam retensi tidak bisa mengatasi banjir. Ketinggian air di beberapa titik masih sama dengan sebelum kolam itu dibangun.
“Adanya kolam itu tidak berpengaruh. Banjir tetap saja sama seperti dulu,” kata Warga Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Abah Ule, kemarin.
Merasa kecewa atas banjir yang selalu menggenang kampung halamannya, ia bersama warga terdampak lainnya memasang spanduk. Sejumlah spanduk yang dibentangkan di jalan tegenang banjir itu, antara lain bernada sindiran..
“Selamat datang di Kampung Bnajir,” demikian salah satu spanduk itu.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, wilayah Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojong, selalu disergap banjir bila hujan tirun di atas normal, seperti yang terjadi Minggu malam (13/1). Ketinggian air akibat luapan Sunagai Citarum itu, di beberapa titik ada yang sampai pinggang orang dewasa.
Hingga Senin (14/1/2019) genangan air masih tampak di beberapa ruas jalan raya di tiga wilayah kecamatan tersebut. Hingga arus lalu lintas terhambat.
Dilansir Dara.co.id sebelumnya, untuk mengatasi banjir di Bandung Selatan butuh tujuh kolam retensi. “Kolam retensi akan ditempatkan di daerah Dayeuhkolot dan Baleendah, yang dipilih yang memiliki topografi untuk dibuat kolam,” kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Bob Arthur Lambogia, di Bandung, tempo hari.
Saat ini, pemerintah pusat melalui BBWS Citarum sedang membangun satu kolam retensi di Kampung Cieunteung, Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Rencana pembangunan tujuh kolam retensi di Bandung Selatan hingga saat ini masih dalam proses pengkajian dan dikonsultasikan dengan JICA.
Sementara Gubernur Jawa Barat, M Ridwan Kamil, mengusulkan, emapat kolam retensi untuk mengatasi “banjir tahunan” itu. “Minimal butuh tiga hingga empat lagi danau (Kolam Retensi) segede Cieunteung untuk memarkirkan air saat meluap. Tapi kalau terowongan berhasil akan mengurangi,” katanya, beberapa waktu lalu.
Ia menuturkan Kolam Retensi Cieunteung, Baleendadah itu, berfungsi untuk menampung atau melimpaskan air hujan di kawasan tersebut. Tapi, kalau hanya mengandalkan Kolam Retensi Cieunteung, secara teori hal tersebut tidak akan cukup mengatasi banjir di Baleendah, Dayeuhkolot, dan Banjaran.
Sama dengan gubernur, Wahana Lingkungan Indonesia (Walhi) Jawa Barat menilai, kolam retensi seluas 8,7 hektare belum bisa mengatasi masalah banjir di kawasan tiga kecamatanm tersebut.
“Apalagi baru beberapa kali turun hujan, di kawasan daerah aliran Sungai Citarum, kolam retensi Cieunteung sudah banyak terisi air, bagaimana kalau hujan terus menerus,” ujar Ketua Walhi Jabar, Dadan Ramdan.
Tak cukup dengan membangun kolam retensi, lanjutnya, dalam mengatsi banjir pemerintah tetap harus melaksanakan rehabilitasi lahan kritis di hulu dan daerah tangkapan air. Bahkan, dalam jangka waktu menengah harus perbanyak embung-embung air yang baru.
“Tapi, dalam pelaksanaanya tidak menggusur pemukiman,” ujar dia.***